SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN
PERCOBAAN 5
SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepadatan
populasi adalah ukuran populasi yang dapat dinyatakan sebagai jumlah yang dapat
dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per satuan luas atau persatuan volume
(Nurdin Muhammad Suin, 2003).
Perhitungan
populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara langsung
dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya
populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat
dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput dipadang rumput dapat
digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan
metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah
ditangkap misalnya tikus, belalang atau rumput dapat diperkirakan populasinya
dengan metode capture mark release recapture (CMMR) (Tim Penyusun Ekologi,
2006).
Metoda
penandaan dan penangkapan kembali
Dengan
metode ini hewan yang akan diduga jumlah populasinya itu ditangkap dan sebagian
populasinya ditandai, dilepaskan, kemudian ditangkap lagi. Pendugaan dengan
metode ini didasarkan bahwa organisme yang ditandai akan berbaur sempurna
dengan semua anggota pupulasi (Nurdin Muhammad Suin, 2003).
1.2. Tujuan
Praktikum
Menerapkan
metode Capture - Mark – Release – Recapture untuk memperkirakan besarnya
populasi simulan (objek simulasi) dan membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus
yaitu Petersen dan Schnabel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dasar dan
yang paling khas dari populasi yang menyebabkan orang ingin dan tertarik untuk
mengkaji populasi adalah ukuran populasi atau kerapatan populasi. Dalam penelitian
ekologi, seringkali seseorang perlu mendapatkan informasi besarnya populasi
mahkluk hidup di habitatnya baik di laboratorium, di lapangan dan
lapangan seperti hutan, pantai, rawa, sungai maupun lautan. Jadi, pertanyaan
pertama yang harus dijawab adalah berapa kerapatan populasi yaitu cacah
individu di dalam satuan luas atau volume tertentu.
Metode
yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara
menghitung seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud (sensus), namun
situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksaan hal
tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya nyamuk atau rusa.
Mungkin sebagian medan habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau beberapa
individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu pergerakan
hewan dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan.
Perhitungan
populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan
perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau
tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk menghitung sampling populasi rumput
di padang rumput dapat digunakan metode kuadarat rumput, untuk hewan-hewan
besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan
untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung
dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture
(CMRR).
Penggunaan
metode CMRR pada populasi ikan diuji dengan meneliti sisiknya, atau dengan
meneliti otolith atau mengenai lensa mata. Pada hewan jenis lain dapat diuji
dengan penelitian umur meliputi penelitian tentang gigi geligi, atau mungkin
metode catch - perunit - effort. Perlu diingat harus diperhitungkan adanya
kesalahan baik sejak perencanaan maupun sampai pelaksanaan dan juga analisisnya
serta interpretasinya. Pengaruh luas medan penelitian dan unit pengambilan
sampel, letak stasiun pengambilan sampel, jenis alat sampling dan waktu
sampling semuanya perlu dimasukkan dalam analisis, demikian pula pengaruh
faktor lingkungan.
Metode
CMRR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan
menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang bersifat suka
ditangkap (trap happy) atau susah (trap shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa
penerapan metode CMRR dengan asumsi- asumsi sebagai berikut.
a. Hewan yang
ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang.
b. Hewan yang
ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi.
c. Populasi
harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat
dihitung).
d. Tidak
ada kelahiran atau kematian selama periode sampling.
e. Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil
sampling selanjutnya.
f. Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok
umur dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan
yang sama untuk ditangkap.
g. Sampling
dilakukan dengan interval waktu yang tetap.
Rumus
dasar yang digunakan untuk penghitungan adalah rumus Petersen yaitu:
M . n
N = ————
R
Untuk
menghitung kesalahan (error) metode CMRR dapat dilakukan dengan cara menghitung
kesalahan baku (standar errornya) dengan rumus:
_______________________
SE = √ ( M . n ) [(M - R) .
(n - R)]
R³
Setelah
ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan
rumus:
N
± t. SE
Dengan catatan:
t =
(df, ), lihat tabel distribusi t dengan df = , dan adalah
tingkat signifikasi
N =
cacah hewan di alam/dalam populasi
M =
cacah hewan yang tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai
N =
cacah hewan yang tertangkap pada penagkapan kedua, terdiri atas hewan yang tidak
bertanda dan hewan yang bertanda hasil penangkapan kedua
R =
cacah hewan yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali
pada penangkapan kedua
Untuk
memperbaiki keakuratan metode Peterson (karena sampel yang diambil relatif
kecil), dapat digunakan metode Schnabel. Metode Schnabel selain membutuhkan
asumsi yang sama dengan metode Petersen, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa
ukuran populasi harus konstan pada periode sampling yang berikutnya. Pada
metode ini, penangkapan, penandaan dan pelepasan kembali hewan dilakukan lebih
dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling, semua hewan yang belum bertanda
diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini besarnya populasi dapat
diduga dengan rumus:
(n¡
. m¡)
N = —————
R¡
Karena
pengambilan sampel dengan cara diatas dilakukan berulang kali, maka hal ini
akan mengurangi kesalahan sampling. Kesalahan baku (SE) metode ini dihitung
dengan rumus:
1
SE = —————————————————————
_____________________________________
1 (k
-
1) 1
√
[ ———— + ——— ] - [ ——— ]
(N
- M¡) N (N
- n¡)
Setelah
ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan
rumus :
N ± t. SE
Dengan catatan:
t = (df, ),
lihat tabel distribusi t dengan df = , dan adalah
tingkat signifikasi
k = Jumlah
periode sampling
N = Cacah
hewan di alam/ dalam populasi
M¡ =
Jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i ditambah
periode sebelumnya/jumlah
total hewan yang bertanda
n¡ = Jumlah
hewan yang tertangkap pada periode ke-i
R = Jumlah
hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i
(Tim Penyusun
Ekologi, 2006)
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu
dan Tempat
Hari, tanggal : Rabu,
29 November 2006
Waktu : 14.
00 - 15. 30 WIB
Tempat : Laboratorium
Universitas Jambi
3.2. Alat
dan Bahan
Dua
buah stoples yang masing-masing berisi dua macam warna kancing baju yaitu warna
hitam dan putih (diusahakan besar butirannya sama) dengan jumlah tertentu.
3.3. Prosedur
Kerja
Apabila
akan menghitung populasi kancing baju hitam, maka dikerjakan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Diambil segenggam kancing baju hitam yang ada di dalam
toples, dihitung jumlahnya (n¡), kemudian menggantikan jumlah kancing baju
hitam tersebut dengan kancing baju warna putih dan dimasukkan ke dalam toples
yang berisi kancing baju warna hitam tadi. Cara ini bertujuan untuk menandai
hewan.
b. Kemudian isi toples dikocok dengan konstan agar kancing baju
tercampur secara homogen.
c. Mengambil cuplikan yang kedua dengan cara
yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing baju berwarna lain, maka dicatat
sebagai R¡.
d. Dilakukan
cuplikan berikutnya sampai sepuluh kali.
e. Dengan demikian estimasi populasi untuk kancing baju
warna hitam dapat dihitung dengan kedua rumus, Petersen dan Schnabel.
f. Apabila ingin menghitung kancing baju warna yang lain,
caranya sama seperti diatas hanya toples yang diambil kancing baju yang pertama
adalah yang berisi kancing baju dengan warna yang lain tersebut dan cuplikan
dilakukan sebanyak sepuluh kali.
g. Setelah selesai mengestimasi populasi, selanjutnya kedua
macam kancing baju tadi dihitung jumlahnya secara langsung.
h. Angka-angka
yang didapat diisikan ke dalam tabel lembaran kerja yang tersedia.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari percobaan
yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Metode
Peterson
k
|
n¡
|
R¡
|
hewan bertanda
|
M¡
|
(n¡.m¡)
|
1
|
25
|
-
|
25
|
-
|
-
|
2
|
88
|
4
|
84
|
25
|
2.200
|
K = 2
|
R¡ = 4
|
M¡ = 25
|
2.200
|
2. Metode
Schnabel
k
|
n¡
|
R¡
|
hewan bertanda
|
M¡
|
(n¡. m¡)
|
1
|
90
|
-
|
90
|
-
|
-
|
2
|
94
|
21
|
73
|
90
|
8460
|
3
|
62
|
22
|
40
|
163
|
10.106
|
4
|
54
|
21
|
33
|
203
|
10.962
|
5
|
62
|
31
|
31
|
236
|
14.632
|
6
|
58
|
27
|
31
|
267
|
15.486
|
7
|
57
|
34
|
23
|
298
|
16.986
|
8
|
61
|
39
|
22
|
321
|
19.581
|
9
|
63
|
46
|
17
|
343
|
21.609
|
10
|
68
|
42
|
26
|
360
|
24.480
|
k = 10
|
R¡ = 283
|
M¡ = 360
|
142.302
|
4.2. Pembahasan
Dari
percobaan yang telah dilakukan, berdasarkan data hasil percobaan dapat
dihitung besarnya populasi kancing hitam dengan 2 metode.
1. Metode
Peterson
Diketahui
: M = 25
n = 88
R = 4
M
. n 25
× 88 2200
N = ———— = ———— = ——— = 550
R 4 4
Jadi, jumlah
kancing hitam yang terdapat dalam stoples = 550 buah
Jumlah kancing
hitam yang sebenarnya (dihitung satu persatu) = 551 buah
N = Jumlah
kancing hitam yang terdapat dalam toples
M = Jumlah
kancing hitam yang terambil pada pengambilan pertama dan ditandai
n = Jumlah
kancing yang terambil pada pengambilan kedua, terdiri atas
kancing yang
berwarna hitam (tidak bertanda) dan kancing yang berwarna putih (bertanda)
hasil pengambilan kedua
R = Jumlah
kancing putih (yang bertanda) dari pengambilan pertama yang terambil
kembali pada pengambilan kedua
Kesalahan
Baku atauStandar Error (SE)
_______________________
(M
. n) [(M - R) . (n - R)]
SE =
√ ———————————
R³
________________________ ______________ __________
(25
. 88) [(25 - 4) . (88 - 4)] 2200
(21 .
84) 2200
. 1764
SE =
√ ———————————— = √ ——————— =
√ ————— 4³ 64 64
____________ _______
3
880 880
= √ —————— = √
60638,75 = 246,249
64
Jadi, kesalahan
bakunya = 246,249
Selang
Kepercayaan
N ± t . SE
t = 0.5
N + t . SE =
550 + 0.5 • 246,249
=
550 + 123,125
=
632,125 dibulatkan 632
N – t .
SE = 500 - 0,5 • 246,249
=
500 - 123,125
=
376,875 dibulatkan 377
Jadi,
berdasarkan metode Peterson jumlah kancing yang terdapat dalam toples berkisar
antara 377 sampai 632 buah.
2. Metode
Schnable
Diketahui : (n¡
.m¡) = 142302
R¡
= 243
(n¡
• m¡) 142302
N = ————— = ———— = 502,803
R¡ 283
Jadi, jumlah
kancing hitam yang terdapat di dalam stoples adalah 502,803 buah.
Jumlah kancing
hitam yang sebenarnya (dihitung satu persatu ) 501 buah.
Keterangan
t = (df,),
lihat tabel distribusi t dengan df = , dan adalah tingkat
signifikasi
k = Jumlah
periode sampling
N = cacah
hewan di alam / dalam populasi
M¡ =
Jumlah total hewan yang rertangkap pada periode ke-i ditambah periode sebelumnya
/ jumlah total hewan yang bertanda.
n¡ = Jumlah
hewan yang tertangkap pada periode ke-i
R¡ = Jumlah
hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i
Kesalahan baku
(Standar Error)
1
SE = ————————————————————
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
1 (k
- 1) 1
√
[ ——— + ——— ] - [————]
(N-M¡) N (N
- m¡)
1
= ———————————————————
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
1 (10
–
1) 1
√[ —————— + ————
] - [————]
(502,803-2281) 502,803 (N
- n¡)
1
= —————————————————————
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
√
[{- 0,0005623} + 0,0178986 ] - [ 0,0229607 ]
1
= ———————————
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
√ 0,0173362-
0,0229607
=
- 13,3339
Jadi, kesalahan
baku atau standar erornya (SE) adalah – 13,3339
Selang
kepercayaan Schnabel
N ± t . SE
t = 0,5
N + t . SE =
502,803 + 0,5 • (- 13,3339)
=
502,803 + (-6,667)
=
496,136 dibulatkan 496
N - t .
SE = 502,803 + 0,5 • (- 13,3339)
=
502,803 - (- 6,667)
=
502,803 + 6,667
=
509,47 dibulatkan 509
Jadi,
berdasarkan metode Schnabel jumlah kancing yang ada di dalam stoples adalah
berkisar antara 496 sampai 509 buah.
Setelah
menghitung besarnya jumlah kancing baju menggunakan metode Peterson dan metode
Schnabel dapat dibandingkan bahwa perhitungan dengan menggunakan metode
schanabel lebih mendekati jumlah yang sebenarnya dibandingkan dengan metode
Peterson.
V. KESIMPULAN
Setelah
melakukan Praktikum yang berjudul Simulasi Estimasi Populasi Hewan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Praktikan dapat menerapkan metode Capture Mark Release Recapture untuk
memperkirakan besarnya populasi simulan (objek simulasi) dan membandingkan
hasil estimasi dari 2 rumus Petersen dan Schnabel.
Berdadarkan
hasil percobaan
Jumlah kancing
hitam (dihitung secara langsung) = 501 butir
Jumlah kancing
hitam (metode
petersen) =
500 butir
Jumlah kancing
hitam (metode
Schnabel) =
502,8 butir atau setara 503 butir
1 komentar:
makasih bnyak...
Posting Komentar