Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik (Suranto,
2002). Hasil dari berbagai manipulasi DNA dan analisis DNA dapat dimonitor
melalui proses elektroforesis yang merupakan suatu teknik pemisahan senyawa
yang bermuatan dengan meletakkannya pada suatu medan listrik (Tchin et al.,
2011).
Elektroforesis memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul.
Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian
dialiri arus listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka
molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif (Suranto,
2002). Teknik ini dipelopori pada tahun 1937 oleh ahli kimia Swedia Arne
Tiselius untuk pemisahan protein. Sekarang telah meluas ke banyak pemisahan
kelas yang berbeda lain dari biomolekul termasuk asam nukleat, karbohidrat dan
asam amino (Andrews, 1993).
Menurut Andrews (1993), lektroforesis merupakan teknik yang umum digunakan
untuk analisis DNA dan protein. Melalui teknik ini dapat ditentukan:
1. Berat molekul suatu bahan
2. Banyaknya jenis protein pada suatu sampel
3. Adanya pemalsuan bahan atau kerusakan/kontaminasi bahan
4. Adanya antibodi terhadap virus atau bakteri pathogen tertentu
5. Titik isoelektrik protein
Hartati dan Lisdiyati (1997) menyebutkan terdapat dua macam macam teknik
elektroforesis yang telah berkembang yaitu, elektroforesis horizontal maupun
vertikal. Sedangkan menurut Suranto (2002), berdasarkan jenisnya ada dua macam
elektroforesis yaitu:
1.
Elektroforesis bebas (free
electrophoresis): molekul atau partikel yang akan dipisahkan tersebar di
seluruh larutan. Pemberian arus listrik pada larutan yang mengandung partikel
tersebut akan menyebabkan terbentuknya batas di antara dua larutan.
2.
Elektroforesis zona:
merupakan jenis elektroforesis yang paling banyak digunakan, mempergunakan
media penunjang, seperti kertas, selulosa asetat, agarosa atau poliakrilamid.
Peralatan untuk elektroforesis secara umum terdiri dari 2 komponen
utama, yaitu power supply sebagai sumber arus listrik dan tangki
elektroforesis. Untuk menghantarkan listrik, gel diletakkan dalam suatu bufer.
Bufer yang sama digunakan untuk membuat gel (Tchin et al., 2011). Untuk
pewarnaan digunakan Ethidium Bromida, suatu zat pewarna yang dapat
menyisip/interkalasi di antara basa DNA pada dua utas DNA yang berlainan.
Ethidium Bromida (EtBr) akan berpendar di bawah paparan sinar UV (Lepais and Bacles, 2011). Pewarna
ini dapat ditambahkan pada gel dan bufer sehingga tidak perlu melakukan
staining sesudah proses elektroforesis. Keuntungannya adalah lebih praktis,
tetapi kemungkinan kontaminasi EtBr lebih besar. EtBr adalah zat yang bersifat
karsinogenik sehingga harus dihindari kontak langsung (Andrews, 1993).
Untuk analisis DNA gel yang digunakan adalah agarosa, suatu polisakarida
(Allen et al., 1984). Elektroforesis yang dilakukan adalah sistem horizontal.
DNA yang bermuatan negatif akan bergerak ke arah kutub positif melalui
molekul-molekul agarosa (Hartati dan Lisdiyati, 1997). Selain agarosa, gel
poliakrilamid juga dapat digunakan untuk memisahkan DNA, terutama untuk fragmen
yang berukuran kecil (antara 5 bp-<1 kb), misalnya untuk sekuensing (Lepais and Bacles, 2011). Laju
migrasi DNA pada agarosa dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Arus
listrik
Semakin besar arus listrik yang digunakan, laju migrasi akan
semakin cepat. Akan tetapi jika arus yang digunakan besar, akan menimbulkan
panas yang dapat menyebabkan gel meleleh (Suranto, 2002).
2.
Konsentrasi gel
Konsentrasi agarosa yang digunakan akan menentukan besarnya
pori-pori gel yang akan memisahkan DNA. Untuk mendapatkan resolusi yang tinggi digunakan
konsentrasi agarosa yang lebih tinggi. Agarosa umumnya dipakai dalam
konsentrasi antara 1%-3%. Berikut adalah konsentrasi agarosa yang harus
digunakan untuk memisahkan DNA berukuran tertentu menurut (Allen et al.,
1984):
Tabel
1. Konsentrasi agarosa dalam pemisahan DNA berdasarkan ukuran (kb)
Agarose % Kisaran Pemisahan
DNA linear (kb)
0,3
5,0-60
0,6 1,0-20
0,7 0,8-10
0,9 0,5-7
1,2 0,4-6
1,5 0,2-4
3. Ukuran
molekul
Molekul yang berukuran lebih kecil akan lebih mudah melalui
pori-pori gel sehingga laju migrasinya lebih cepat. Tetapi ini hanya berlaku
untuk fragmen yang berukuran antara 0,5-15 kbp dan bila konformasinya sama.
Kecepatan migrasi akan berbanding terbalik dengan log 10 dari jumlah pasangan
basa (Lepais and Bacles, 2011).
4. Bentuk
molekul
DNA dapat memiliki beberapa kemungkinan bentuk, yaitu supercoil
(SC), sirkular (S), linear (L). Laju migrasi masing-masing
dari yang paling cepat adalah SC > L > S. Untuk SC dan S, laju migrasinya
lebih ditentukan oleh bentuk molekul daripada ukurannya (BL Tchin et al.,
2011).
5. ssDNA (single
stranded DNA) lebih cepat migrasinya dibandingkan dengan dsDNA (double
stranded DNA) yang berukuran sama (Tchin et al., 2011).
6. Arah
medan listrik
Molekul DNA akan bermigrasi dengan kecepatan yang berbanding
terbalik dengan ukuran molekulnya jika medan listrik tetap/konstan. Jika arah
medan listrik diubah, molekul yang besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk reorientasi. Elektroforesis dengan mengubah arah medan listrik secara
periodik dikenal dengan Pulsed Field Gel Electrophoresis (PFGE)
(Andrews, 1993).
7. Adanya
Ethidium Bromida (EtBr) di dalam gel
Hal ini mengakibatkan pengurangan tingkat kecepatan migrasi
molekul DNA linear sebesar 15% (Lepais
and Bacles, 2011).
8.
Komposisi Larutan Bufer
Apabila tidak ada kekuatan ion di dalam larutan, maka aliran
listrik menjadi sedikit dan migrasi DNA sangat lambat, sedangkan larutan buffer
berkekuatan ion tinggi akan meningkatkan panas sehingga aliran listrik akan
menjadi sangat maksimal (Tchin et al., 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar