ACARA
5 PRAKTIKUM IKHTIOLOGI
PENDUGAAN
UMUR LARVA IKAN SIDAT (Anguilla bicolor
bicolor)
Disusun
oleh:
Nama : Arif Ardwiantoro
NIM : M 0409009
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA
2012.
PENDUGAAN UMUR LARVA IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)
A.
Tujuan
Praktikum.
1.
Dapat mengetahui dan mengambil batu
otolith larva ikan sidat (Anguilla bicolor
bicolor).
2.
Dapat menghitung jumlah lingkaran
batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor).
3.
Dapat menduga umur dan menganalisa
lama pertumbuhan larva ikan ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor) menggunakan metode pengamatan lingkaran hari pada batu
otolith.
4.
Dapat mengetahui manfaat pengukuran
umur dan lama hidup larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor) pada saat diamati dengan pengukuran jumlah lingkaran batu
otolith pada saat pengamatan berlangsung.
5.
Dapat mengetahui mekanisme
pembentukan dan pertumbuhan batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
B.
Dasar
Teori.
Pembacaan
umur adalah suatu pengetahuan yang cukup menarik dalam bidang perikanan
terutama pembacaan umur pada spesies-spesies ikan yang hidup secara alami
diperairan umum. Karena kita tidak mengetahui pasti kapan suatu individu
ikan itu menetas dari telur, yang dapat kita ketahui adalah beberapa
ukuran panjang tubuh individi ikan itu ketika tertangkap oleh nelayan.
Lain halnya dengan spesies ikan yang dibudidayakan kita mengetahi berapa
lama individu ikan tersebut telah dipelihara dan kalau kita ingin melacak lebih
lanjut kitadapat mengetahui kapan ikan itu menetas dari telurnya. Penelitian
tentang umur ikan yang berasal dari perairan sudah dilakukan sekitar 100 tahun
yang lalu (Dinas perikanan kabupaten bengkalis,1997).
Bagian
tubuh lain yang dipakai untuk menentukan umur ikan ialah tulang operculum
(bagian tutup insang), batu telinga (otolith), vertebrate (tulang punggung) dan
jari-jari keras sirip punggung. Bagian-bagian tubuh ini dipakai
terutama untuk ikan yang tidak mempunyai sisik seperti golongan ikan lele,
baung dan sebagainya, misalnya kerena musim dingin, kekurangan makanan atau
factor lain, maka selain pada sisik tanda kelambatan pertumbuhan akan
tercatatat pula pada bagian tubuh tersebut diatas (Dinas perikanan kabupaten
bengkalis,1997).
Cara
lain untuk mengetahui umur ikan dengan menggunakan metode Petersen yaitu dengan
menggunakan frekuensi panjang ikan. Angggapan yang dipakai untuk
menggunakan metode ini ialah bahwa ikan satu umur mempunyai tendensi membentuk
suatu distribusi normal sekitar panjang rata-ratanya. Bila frekuensi
panjang tersebut digambarkan dengan grafik akan membentuk beberapa
puncak. Puncak-puncak inilah yang dipakai tanda kelompok umur ikan
itu. Cara ini akan baik dipakai apabila ikannya mempunyai masa pemijahan
pendek, terjadi satu kali satu tahun dan umur ikan tersebut tidak
panjang. Untuk ikan lain yang mempunyai masa pemijahan panjang
menyebabkan lambat dari satu kelas umur lebih tinggi, akan bertumpuk atau
mempunyai ukuran sama dengan ikan yang tumbuhnya lebih cepat pada umur yang
lebih rendah (Effendie, 1995).
Effendie (1995)
menyatakan bahwa anak ikan yang baru menetas disebut dengan larva dimana
tubuhnya belum dalam keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ luarnya.
Dibidang budidaya larva yang baru keluar dari telur disebut hatchling. Semasa
perkembangannya larva terdiri dari prolarva dan postlarva.
Ikan
betina yang telah matang gonad dan siap untuk memijah sebelumnya akan dibuahi
oleh spermatozoa maka di dalam sel telur akan terjadi peleburan dan penyatuan
kedua inti sel. Pada saat ini mulai terbentuk zygot yang kemudian diikuti
dengan pembelahan hingga terbentuknya individu ikan lalu menetas dan keluar
dari cangkangnya yang disebut dengan larva (Efeendi;
Raharjo; Affandi dan Sulistiono,1979).
Prolarva
ialah larva yang masih memiliki kantung kuning telur berbentuk bundar, oval
atau oblong, tubuhnya tran sparan dengan beberapa butir pegment. Sirip dada dan
ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya, sedangkan sirip perut berupa
tonjolan, mulut dan rahang belum berkembang, usus masih berupa tabung lurus.
Sistem pernafasan dan peredaran darah tidak sempurna, makanan dari kuning telur
yang dibawa oleh telur (Hardjamulia, 1978).
Sedangkan
postlarva yaitu larva yang mulai kehilangan kantung kuning telur, mata
berpigment, gelembung udara gelap, mulut terbentuk, sirip dada membesar,bntuk
badan silinder atau pipih maupun bervariasi, sebagian besar organ sudah
terbentuk sehingga diakhir postlarva secara morfologi hampir menyerupai bentuk
ikan dewasa (Pulungan. et al, 2006).
Yuniarti (2000) menerangkan bahwa tahap larva adalah
tahap paling kritis dalam kehidupan ikan karena banyak faktor penyebab
mortalitas mulai dari larva, menetas ke alam sampai dapat mencari makanan
sendiri. Terjadinya mortalitas itu karena faktor lingkungan dan diri larva itu
sendiri. Kematian larva karena lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
faktor biologi diantaranya makanan, predator dan kanibal, faktor kimia
diantaranya pencemaran, oksigen terlarut, derajat keasaman, dan salinitas,
sedangkan faktor fisika diantaranya suhu perairan, arus, dan turbiditas.
Larva yang
organ – organ tubuhnya mulai terbentuk secara sempurna dan mulai berfungsi akan
memasuki masa juvenil dan akhirnya menyerupai bentuk ikan dewasa (Evy; Endang mujiani dan Sujono,2001).
Penelitian
tentang umur dari suatu individu ikan yang berasal dari perairan sudah
dilakukan sekitar 100 tahun yang lalu (Pulungan.et al., 2006). Untuk menentukan umur suatu individu ikan maka kita
dapat juga melihat pada bagian-bagian tubuh yang keras. Bagian-bagian tubuh
yang keras untuk pembacaan umur suatu individu ikan tersebut menurut (Pulungan. et
al., 2006) yaitu
sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri sirip dada, dan
tulang otholit.
Sebagian
diatom berbeda nyata pada diatom morfologi otolith yang terjadi diantara
ikan-ikan bertulang sejati yang memberi kesan bahwa otolith ini mempunyai
peranan penting untuk pendengaran. Otolith terutama tambahan dari kristalisasi
kalsium karbonat, dalm bentuk magnetik dan berserabut. Kolagen yang mempunyai
protein otoline (Morals.nin, 1992). Pertumbuhan otolith mempunyai permukaan dan
endapan material, suatu proses yang berhubungan dengan masa peredarannya
bergantung pada laju dalam metabolisme kalsium dan pada asam amino sintesis.
Hasil tersebut merupakan formasi tambahan dari pertumbuhan harian dalam otolith
tersebut, tersususn secara kontingen atau penambahan unit dan suatu unit
pengawasan (Raharjo, 1980).
Otolith
terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam saluran kanal dari sirkulasi
pada tulang ikan yang menonjol, berperan membantu dalam keseimbangan dan
menanggapi bunyi (Yuniarti,2000).
Selanjutnya
Effendie (1995) menjelaskan tanda tahunan pada tubuh ikan tercatat pada sisik,
tulang oprculum, duri sirip punggung atau dada, tulang punggung otolith (batu
telinga). Hoffbaur (dalam Effendie, 1995) juga menerangkan bahwa tanda tahunan
yang terdapat pada sisik dikenal dengan annulus.
Umur
merupakan salah satu penduga terbaik dalam menentukan tingkat pertumbuhan
relatif pada ikan, walaupun pertumbuhan sebenarnya sangat dipengruhi oleh
faktor-faktor lingkungan (Royce,1972).
Kemampuan
untuk menentukan umur dari suatu individu ikan adalah suatu pengetahuan yang
penting dalam bidang biologi perikanan. Usaha untuk mempelajari penentuan umur
suatu individu telah dimulai beberapa ratus tahun yang lalu. Penentuan umur
ikan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu mempelajari tanda tahunan yang ada
pada tubuh ikan serta dengan cara frekuensi panjang. Bagian – bagian tertentu
dari tubuh ikan yang memiliki tanda–tanda tahunan adalah Tulang Vertebrae,
Tukang Overculum, Duri sirip dan Tulang otolith (Royce,1972).
Dengan
diketahuinya umur suatu individu ikan dari suatu spesies ikan maka kita akan
dapat mengetahui pada umur berapa pertama kali ikan belajar mencari makan
sendiri di alam, mencari makanan sesuai dengan kebiasaan kedua induknya, dan
kapan ikan tersebut matang gonad (Yuniarti,2000).
Pada ikan
yang hidup di daerah sub tropis, perbedaan laju pertumbuhan ikan sepanjang
tahun sangat bervariasi. Pada musim panas ikan tumbuh dengan cepat sehingga
pada otolith terbentuk lingkaran terang. Sedangkan pada musim dingin ikan
tumbuh relatif lambat sehingga pada otolith terbentuk lingkaran gelap. Karena
adanya pola gelap-terang pada otolith ini, maka umur ikan yang hidup di daerah
subtropis dapat diperkirakan, di mana 1 lingkaran gelap dianggap mewakili 1
tahun usia ikan tersebut. Tetapi umur ikan yang hidup di daerah tropis tidak
dapat diprediksi berdasarkan jumlah lingkaran pada otolith karena variasi laju pertumbuhan
ikan sepanjang tahun relatif kecil. Akibatnya pola lingkaran pertumbuhan di
otolith juga relatif sama (Pulungan. et al., 2006).
Penggunaan otolith sebagai alat untuk penentuan umur
ikan sebenarnya berdasarkan pada keberadaan lingkaran-lingkaran pertumbuhan
yang terbentuk seiring dengan pertumbuhan ikan tersebut. Lingkaran-lingkaran
pertumbuhan pada otolith mempunyai pola yang spesifik, yaitu adanya area gelap
dan terang. Area gelap terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang
lambat sehingga pertumbuhan otolith juga lambat dan kristal Calcium Carbonat
yang terakumulasi mempunyai struktur yang kompak/padat. Sedangkan area terang
terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang relatif cepat, di mana
otolith juga tumbuh dengan cepat, akibatnya Calcium Carbonat yang terakumulasi
mempunyai struktur yang kurang kompak (Effendie, 2005).
C.
Bahan
dan Alat.
1. Bahan
yang dipergunakan:
Larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). 1 ekor
Alkhohol secukupnya
Canada balsam secukupnya
2. Alat
yang dipergunakan:
Streomikroskop 1
buah
Mikroskop 1
buah
Gelas benda dan gelas
penutup masing-masing
1 buah
Jarum secukupnya
D.
Cara
Kerja.
1.
Disiapkan larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) sejumlah 1
ekor.
2.
Kemudian larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) tersebut
dimasukan pada lensa obyektif kemudian dilihat dengan perbesaran 4-10X.
3.
Kemudian sambil dilihat dilensa
obyektif,digunakan jarum untuk membedah kepala larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dan di cari
sampai ketemu batu otolith.
4.
Batu otolilh dapat ditemukan di
bagian dorsal-posterior kepala ikan.
5.
Dalam satu kepala terdapat 3 buah
batu otolith, salah satunya larva ikan sangat kecil, berbentuk bulat dengan
diameter sangat kecil berkisar 0,1-0,2 mm.
6.
Selama proses pencarian batu otolith,
diusahakan objek dalam kondisi basah dengan cara selalu membasahi dengan
meneteskan menggunakan alkhohol.
7.
Setelah batu otolith ketemu ,
kemudian dipindahkan dan tutup dengan Canada balsam, kemudian ditutup dengan
menggunakan gelas penutup.
8.
Kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 100X dan dihitung jumlah lingkaran yang ada. Setiap
lingkaran yang halus menunjukan hitungan hari, sedangkan untuk lingkaran yang
tebal menunjukan lingkraran bulan.
E.
Data
Pengamatan.
1. Berdasarkan
hasil pengamatan dan perhitungan jumlah lingkaran didalam batu otolith larva
ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
Nama Kelompok
|
Otolith 1 (hari)
|
Otolith 2 (hari)
|
Kelompok
1
|
93
|
60
|
Kelompok
2
|
90
|
60
|
Kelompok
3
|
90
|
60
|
Kelompok
4
|
79
|
60
|
Rata-rata
|
88
|
60
|
2. Hasil
dokumentasi pengamatan dan perhitungn pada batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
Gb.
Otolith 1; Perbesaran 100X Gb.
Otolith 2 ; Perbesaran 100X
F.
Pembahasan.
1.
Metode apakah yang digunakan
didalam mengukur umur larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor) ?
2.
Kenapa digunakan batu otolith untuk
menduga dan mengukur umur larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor)?
3.
Bagaimana mekanisme pembentukan
batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor)?
4.
Apakah manfaat melakukan pendugaan
umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor
bicolor) dan dengan menggunakan larva apa untuk menentukan umur? Dan kenapa
menggunakan larva ikan sidat sebagai salah satu pengukuran umur ikan?
Jawab.
Praktikum pengukurtan umur ikan dimulai dari
persiapkan larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor) sejumlah 1 ekor. Kemudian larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) tersebut
dimasukan pada lensa obyektif kemudian dilihat dengan perbesaran 4-10X.
Kemudian sambil dilihat dilensa obyektif,digunakan jarum untuk membedah kepala
larva ikan sidat (Anguilla bicolor
bicolor) dan di cari sampai ketemu batu otolith. Batu otolilh dapat
ditemukan di bagian dorsal-posterior kepala ikan. Dalam satu kepala terdapat 3
buah batu otolith, salah satunya larva ikan sangat kecil, berbentuk bulat
dengan diameter sangat kecil berkisar 0,1-0,2 mm. Selama proses pencarian batu
otolith, diusahakan objek dalam kondisi basah dengan cara selalu membasahi
dengan meneteskan menggunakan alkhohol. Setelah batu otolith ketemu , kemudian
dipindahkan dan tutup dengan Canada balsam, kemudian ditutup dengan menggunakan
gelas penutup. Kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
100X dan dihitung jumlah lingkaran yang ada. Setiap lingkran yang halus
menunjukan hitungan hari, sedangkan untuk lingkaran yang tebal menunjukan
lingkraran bulan.
Metode
yang digunakan untuk mengukur umur larva ikan sidat sidat (Anguilla bicolor bicolor) menggunakan batu otolith yang terdapat di
bagian posterior dan dorsal dari mata larva ikan sidat sidat (Anguilla bicolor bicolor). Pertumbuhan
larva ikan sidat
(Anguilla bicolor bicolor) yang organ – organ tubuhnya mulai
terbentuk secara sempurna dan mulai berfungsi akan memasuki masa juvenil dan
akhirnya menyerupai bentuk ikan dewasa.
Pembentukan otolith terbentuk dari
kalsium karbonat yang mengeras didalam saluran kanal dari sirkulasi pada tulang
ikan yang menonjol, berperan membantu dalam keseimbangan dan menanggapi bunyi.
Selain itu penentuan umur ikan dapat melelui tanda tahunan pada tubuh ikan tercatat
pada sisik, tulang oprculum, duri sirip punggung atau dada, tulang punggung
otolith (batu telinga). Umur merupakan salah satu penduga terbaik dalam
menentukan tingkat pertumbuhan relatif pada ikan, walaupun pertumbuhan
sebenarnya sangat dipengruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Dengan diketahuinya
umur suatu individu ikan dari suatu spesies ikan maka kita akan dapat
mengetahui pada umur berapa pertama kali ikan belajar mencari makan sendiri di
alam, mencari makanan sesuai dengan kebiasaan kedua induknya, dan kapan ikan
tersebut matang gonad.
Untuk menentukan umur suatu individu ikan maka kita dapat
juga melihat pada bagian-bagian tubuh yang keras. Bagian-bagian tubuh yang
keras untuk pembacaan umur suatu individu ikan tersebut menurut (Lagler et al dalam
Pulungan, 2006) yaitu sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal
duri sirip dada, dan tulang otholit.
Pengetahuan
tentang umur ikan dapat ditentukan dari jumlah guratan atau lingkaran yang
terdapat di batu otolithnya. Pada batu otolith terdapat lingkaran yang tebal
dan lingkaran yang tipis. Lingkaran yang tebal menentukan umur bulanan larva
ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor). Sedangkan lingkaran yang tipis menunjukan umur larva ikan
sidat (Anguilla bicolor bicolor)
dalam hitungan hari. Alasan yang tepat menggunakan batu otolith adalah pada
batu otolith selalu mengalami perubahan guratan atau lingkaran akibat adanya
kalsium yang mengendap ketika ikan sedang melakukan makan yang akan selalu
bertambah ketika umur ikan juga semakin bertambah, artinya bahwa pertumbuhan
ikan akan selalu di ikuti dengan penambahan lingkaran atau guratan pada batu
otolith. Sehingga hal ini menjadi salah satu alasan digunakan batu otolith
sebagai parameter pengukuran umur ikan. Batu otolith berada di bagian posterior
dan dorsal bagian mata.
Pembentukan batu otolih pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dibagi menjadi
3 ukuran, kecil, besar dan ukuran sedang. Sedangkan pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) salah satunya
larva ikan sangat kecil, berbentuk bulat dengan diameter sangat kecil berkisar
0,1-0,2 mm. proses pembentukan batu otolith dikarenakan ketika ikan melakukan
kegiatan memasukan makanan yang disertai dengan memasukan material kalsium yang
akan mengendap dibagian tululang otolith yang terdapat di bagian posterior dan
bagian dorsal mata larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor).
Lingkaran
harian terbentuk dimulai
dari intinya yang menumpuk ke arah luar dari inti. Tanda lingkaran saat pertama kali larva ikan
mulai makan ditandai dengan tanda yang cukup jelas. Perhitungan jumlah
lingkaran harian diawali dari tanda inti ke arah bagian luar dari otolith. Laju
pembentukan lingkaran harian pada stadia awal sidat nampak pola yang
berbeda-beda. Perbedaan ini ada
hubungannya dengan proses pertumbuhan individu yang terdiri dari berbagai
stadia hidup dan mungkin juga adanya pengaruh perubahan lingkungan. Perubahan
lebar dari lingkaran harian yang terbentuk merefleksikan perkembangan dari
stadia leptochepalus menuju ke stadia
glass eel atau elver yang dalam prosesnya di alam banyak terjadi perubahan
habitat. Diawali dengan stadia leptocephalus yang hidup mengalir dan
terbawa arus. Pada fase ini larva ikan
belum bisa berenang aktif karena struktur tubuh belum sempurna terbentuk.
Pengamatan batu otolith larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dapat dihitung
dan dicatat jumlah guratan atau lingkaran yang terdapat di batu otolith larva
ikan sidat Anguilla bicolor bicolor)
dengan hasil perhitungan seabagai berikut : 93, 90, 90 dan 79 untuk batu
otolith satu dengan jumalh hari rata-rata adalah 88 hari atau 2 bulan 28 hari.
Umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor
bicolor). Untuk pengamatan batu otolith larva ikan sidat yang kedua
menunjukan umur larva ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor) seperti berikut
yaitu 60, 60, 60 dan 60. Dari pengmatan dan perhitungan yang tampak menunjukan
bahwa umur pada batu otoliht 2 menunjukan rata-rata adalah 60 hari atau 2
bulan. Hal ini menunjukan bahwa batu otolith dapat dignakan untuk mengukur lama
hidup larva ikan, terutama larvsa ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Angka ini dapat dibuktikan kebenaran
bahwa umur ikan sedemikan ketika kita mengukur dan menghitung umur ikan.
Otolith telah digunakan untuk menentukan umur ikan oleh para ahli dibanyak
negara karena pertambahan lingkaran annuli yang tergambar berbasis harian,
sehingga informasi kritis tentang umur dan pertumbuhan dapat ditentukan pada
setiap individu ikan.
Manfaat yang jelas melakukan pendugaan umur ikan
adalah dengan kita mengetahui umur seekor ikan maka kita kan dapat mengetahui
pola dinamika populasi ikan, mengetahui lama hidup ikan, mengetahui pola
reproduksi ikan, mengatahui fekunditas ikan, mengetahui`perkembangan anatomi
dan morfologi ikan sesuai dengan jenisnya. Dengan mengetahui umur ikan maka
kita akan mempermudah didalam kegiatan membudidayaka jenis ikan tertentu dan
manfaat yang yang lain dari mengetahui umur ikan kita akan dapat mengetahui
pola reproduksi ikan dengan spesies dan jenis tertentu.
Ikan yang
digunakan didalam mengukur umur ikan adalah larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor), larva ini
digunakan didalam praktrikum dikarenakan jenis ikan ini memiliki rentang hidup
yang tidak begitu panjang, hanya sekitar beberapa tahun. Ikan jenis ini
memiliki habitat di perairan tawar ketika masih berbentuk larva, dan akan
kembali kelautan ketika sudah dewasa dengan mampu survive di lingkungan air
asin. Dimana di lingkugan air tawar, ikan selalu mendapatkan makanan yang
mengandungkalsium yang jumlahnya sedikit, sehingga dengan pola makan yang
setiap hati dilakukan akan menyebabkan jumlah kalsium yang mengendap masih
sedikit, sehngga batu otoliht yangtampak juga masih transparan, walaupun sudah
menunjukan umur ikan. Akan tetapi ketika ikan sidat yang dewasa beralih untuk
hidup dilingkungan yang air asin, dengan pola makan yang sama,akan menunjukan
guratan atau lingkaran batu otolith yang semakin banyak dan tebal yang di ikuti
dengan pertamabahan umur ikan tersebut (Effendie, 2005).
Otolith berbentuk bulat lonjong, transparan, dengan
lingkaran hitam pada bagian pusat (inti). Sekitar inti terdapat garis lingkaran
harian yang kuat sebagai tanda yang menunjukkan saat menetas dan lingkaran saat
pertama larva makan yang sangat jelas terlihat pada sekitar inti. Pola lingkaran harian yang terbentuk pada
spesies sidat tropis (Effendie, 2005).
Penggunaan otolith sebagai alat untuk penentuan umur
ikan sebenarnya berdasarkan pada keberadaan lingkaran-lingkaran pertumbuhan
yang terbentuk seiring dengan pertumbuhan ikan tersebut. Lingkaran-lingkaran
pertumbuhan pada otolith mempunyai pola yang spesifik, yaitu adanya area gelap
dan terang. Area gelap terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang
lambat sehingga pertumbuhan otolith juga lambat dan kristal Calcium Carbonat
yang terakumulasi mempunyai struktur yang kompak/padat. Sedangkan area terang
terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang relatif cepat, di mana
otolith juga tumbuh dengan cepat, akibatnya Calcium Carbonat yang terakumulasi
mempunyai struktur yang kurang kompak (Effendie, 2005).
Lingkaran
harian terbentuk dimulai
dari intinya yang menumpuk ke arah luar dari inti. Tanda lingkaran saat pertama kali larva ikan
mulai makan ditandai dengan tanda yang cukup jelas. Perhitungan jumlah lingkaran harian diawali
dari tanda inti ke arah bagian luar dari otolith. Laju pembentukan lingkaran
harian pada stadia awal sidat nampak pola yang berbeda-beda. Perbedaan ini ada hubungannya dengan proses
pertumbuhan individu yang terdiri dari berbagai stadia hidup dan mungkin juga
adanya pengaruh perubahan lingkungan.
Perubahan lebar dari lingkaran harian yang terbentuk merefleksikan
perkembangan dari stadia leptochepalus menuju ke stadia glass eel atau elver
yang dalam prosesnya di alam banyak terjadi perubahan habitat. Diawali dengan stadia leptocephalus yang
hidup mengalir dan terbawa arus. Pada
fase ini larva ikan belum bisa berenang aktif karena struktur tubuh belum
sempurna terbentuk.
G.
Kesimpulan.
1.
Letak batu otolith berada di bagian
posterior dan dorsal dari mata larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
2.
Perhitungan pada kegiatan
pengamatan dilakukan dengan menghitung pola garis atau lingkaran yang terdapat
pada batu otolith dimana garis yang
tebal menunjukan angka bulan sedangkan garis yang tipis di indikasikan dengan
garis yang tipis.
3.
Larva ikan yang digunakan adalah
larva ikan sidat (Anguilla bicolor
bicolor) dimana larva ini memiliki pola atau siklus hidup yang pendek,
sedangkan larva ini memiliki pola hidup yang unik dimana dapat hidup di dua
perairan yang berbeda yaitu periran asin dan perairan tawar.
4.
Batu otolith terbentuk dari proses
pengendapan kalsium karbonat yang terjadi ketika larva ikan melakukan proses
memakan makanan.
5.
Hasil pengamatan menunjukan bhwa
rata-rata kegiatan perhitungan adalah 80 untuk otolith 1 dan otolith 2
menunjukan nilai 60.
H.
Refereni
Dinas perikanan
kabupaten bengkalis.1997. Kebijaksanaan
umum tentang perikanan dan
kelautan. Bengkalis.
Djuhanda, T.
1981. Dunia ikan. Bagian I. Kehidupan
ikan dalam ekosistem perairan di
Indonesia. Bogor :ITB
Press.
Djajadireja, S.
S. Hatimah dan Z. Arifin. 1977. Buku
pedoman pengenalan sumberdaya
perikanan darat bagian I. Jakarta:Dtjen
Perikanan.
Evy,R., Endang
mujiani dan K. Sujono.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Bogor:
Mutiara Sumber
Widya.
Effendie,
M. I., 1995. Metode biologi
perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor. 122 hal.
Efeendie., M.
I., D. J. Sjafei.; M. Raharjo; R. Affandi dan Sulistiono., 1979.
Ichthyology.
Bogor: Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Hardjamulia,
A., 1978. Budidaya perikanan.Bogor.
Departemen Pertanian. BPLPP. Sekolah
usaha perikanan.
Pulungan. et
al., 2006. Penuntun Praktikum Biologi
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Pekan Baru
:Unri Riau.
Raharjo. 1980. Sistem morfologi dan anatomi ikan. Bandung.ITB
Press.
Royce, W. F.
1972. Introduction to the Fishery Science.
Academic Press. 351 pp.
Yuniarti. 2000.
inventarisasi dan identifikasi ikan
Channidae yang terdapat di Sungai
Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek
lapang. Pekanbaru: Fakultas perikanan
dan ilmu Kelautan, Universitas Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar