Jumat, 21 September 2012

Pendugaan Umur Larva Ikan


ACARA 5 PRAKTIKUM IKHTIOLOGI
PENDUGAAN UMUR LARVA IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)


Disusun oleh:
Nama   : Arif Ardwiantoro
NIM    : M 0409009




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012.


PENDUGAAN UMUR LARVA IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)
A.    Tujuan Praktikum.
1.      Dapat mengetahui dan mengambil batu otolith larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
2.      Dapat menghitung jumlah lingkaran batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
3.      Dapat menduga umur dan menganalisa lama pertumbuhan larva ikan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) menggunakan metode pengamatan lingkaran hari pada batu otolith.
4.      Dapat mengetahui manfaat pengukuran umur dan lama hidup larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada saat diamati dengan pengukuran jumlah lingkaran batu otolith pada saat pengamatan berlangsung.
5.      Dapat mengetahui mekanisme pembentukan dan pertumbuhan batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
B.     Dasar Teori.
Pembacaan umur adalah suatu pengetahuan yang cukup menarik dalam bidang perikanan terutama pembacaan umur pada spesies-spesies ikan yang hidup secara alami diperairan umum. Karena kita tidak mengetahui pasti kapan suatu individu ikan  itu menetas dari telur, yang dapat kita ketahui adalah beberapa ukuran panjang tubuh individi ikan itu ketika  tertangkap oleh nelayan. Lain halnya dengan spesies ikan yang  dibudidayakan kita mengetahi berapa lama individu ikan tersebut telah dipelihara dan kalau kita ingin melacak lebih lanjut kitadapat mengetahui kapan ikan itu menetas dari telurnya. Penelitian tentang umur ikan yang berasal dari perairan sudah dilakukan sekitar 100 tahun yang lalu (Dinas perikanan kabupaten bengkalis,1997).
Bagian tubuh lain yang dipakai untuk menentukan umur ikan ialah tulang operculum (bagian tutup insang), batu telinga (otolith), vertebrate (tulang punggung) dan jari-jari keras sirip punggung.  Bagian-bagian tubuh ini dipakai terutama untuk ikan yang tidak mempunyai sisik seperti golongan ikan lele, baung dan sebagainya, misalnya kerena musim dingin, kekurangan makanan atau factor lain, maka selain pada sisik tanda kelambatan pertumbuhan akan tercatatat pula pada bagian tubuh tersebut diatas (Dinas perikanan kabupaten bengkalis,1997).
Cara lain untuk mengetahui umur ikan dengan menggunakan metode Petersen yaitu dengan menggunakan frekuensi panjang ikan.  Angggapan yang dipakai untuk menggunakan metode ini ialah bahwa ikan satu umur mempunyai tendensi membentuk suatu distribusi normal sekitar panjang rata-ratanya.  Bila frekuensi panjang tersebut digambarkan dengan grafik akan membentuk beberapa puncak.  Puncak-puncak inilah yang dipakai tanda kelompok umur ikan itu.  Cara ini akan baik dipakai apabila ikannya mempunyai masa pemijahan pendek, terjadi satu kali satu tahun dan umur ikan tersebut tidak panjang.  Untuk ikan lain yang mempunyai masa pemijahan panjang menyebabkan lambat dari satu kelas umur lebih tinggi, akan bertumpuk atau mempunyai ukuran sama dengan ikan yang tumbuhnya lebih cepat pada umur yang lebih rendah (Effendie, 1995).
Effendie (1995) menyatakan bahwa anak ikan yang baru menetas disebut dengan larva dimana tubuhnya belum dalam keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ luarnya. Dibidang budidaya larva yang baru keluar dari telur disebut hatchling. Semasa perkembangannya larva terdiri dari prolarva dan postlarva.
Ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk memijah sebelumnya akan dibuahi oleh spermatozoa maka di dalam sel telur akan terjadi peleburan dan penyatuan kedua inti sel. Pada saat ini mulai terbentuk zygot yang kemudian diikuti dengan pembelahan hingga terbentuknya individu ikan lalu menetas dan keluar dari cangkangnya yang disebut dengan larva (Efeendi; Raharjo; Affandi dan Sulistiono,1979).
Prolarva ialah larva yang masih memiliki kantung kuning telur berbentuk bundar, oval atau oblong, tubuhnya tran sparan dengan beberapa butir pegment. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya, sedangkan sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum berkembang, usus masih berupa tabung lurus. Sistem pernafasan dan peredaran darah tidak sempurna, makanan dari kuning telur yang dibawa oleh telur (Hardjamulia, 1978).
Sedangkan postlarva yaitu larva yang mulai kehilangan kantung kuning telur, mata berpigment, gelembung udara gelap, mulut terbentuk, sirip dada membesar,bntuk badan silinder atau pipih maupun bervariasi, sebagian besar organ sudah terbentuk sehingga diakhir postlarva secara morfologi hampir menyerupai bentuk ikan dewasa (Pulungan. et al, 2006).
Yuniarti (2000) menerangkan bahwa tahap larva adalah tahap paling kritis dalam kehidupan ikan karena banyak faktor penyebab mortalitas mulai dari larva, menetas ke alam sampai dapat mencari makanan sendiri. Terjadinya mortalitas itu karena faktor lingkungan dan diri larva itu sendiri. Kematian larva karena lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor biologi diantaranya makanan, predator dan kanibal, faktor kimia diantaranya pencemaran, oksigen terlarut, derajat keasaman, dan salinitas, sedangkan faktor fisika diantaranya suhu perairan, arus, dan turbiditas.
Larva yang organ – organ tubuhnya mulai terbentuk secara sempurna dan mulai berfungsi akan memasuki masa juvenil dan akhirnya menyerupai bentuk ikan dewasa (Evy;  Endang mujiani  dan Sujono,2001).
Penelitian tentang umur dari suatu individu ikan yang berasal dari perairan sudah dilakukan sekitar 100 tahun yang lalu (Pulungan.et al., 2006). Untuk menentukan umur suatu individu ikan maka kita dapat juga melihat pada bagian-bagian tubuh yang keras. Bagian-bagian tubuh yang keras untuk pembacaan umur suatu individu ikan tersebut menurut (Pulungan. et al., 2006) yaitu sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri sirip dada, dan tulang otholit.
Sebagian diatom berbeda nyata pada diatom morfologi otolith yang terjadi diantara ikan-ikan bertulang sejati yang memberi kesan bahwa otolith ini mempunyai peranan penting untuk pendengaran. Otolith terutama tambahan dari kristalisasi kalsium karbonat, dalm bentuk magnetik dan berserabut. Kolagen yang mempunyai protein otoline (Morals.nin, 1992). Pertumbuhan otolith mempunyai permukaan dan endapan material, suatu proses yang berhubungan dengan masa peredarannya bergantung pada laju dalam metabolisme kalsium dan pada asam amino sintesis. Hasil tersebut merupakan formasi tambahan dari pertumbuhan harian dalam otolith tersebut, tersususn secara kontingen atau penambahan unit dan suatu unit pengawasan (Raharjo, 1980).
Otolith terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam saluran kanal dari sirkulasi pada tulang ikan yang menonjol, berperan membantu dalam keseimbangan dan menanggapi bunyi (Yuniarti,2000).
Selanjutnya Effendie (1995) menjelaskan tanda tahunan pada tubuh ikan tercatat pada sisik, tulang oprculum, duri sirip punggung atau dada, tulang punggung otolith (batu telinga). Hoffbaur (dalam Effendie, 1995) juga menerangkan bahwa tanda tahunan yang terdapat pada sisik dikenal dengan annulus.
Umur merupakan salah satu penduga terbaik dalam menentukan tingkat pertumbuhan relatif pada ikan, walaupun pertumbuhan sebenarnya sangat dipengruhi oleh faktor-faktor lingkungan (Royce,1972).
Kemampuan untuk menentukan umur dari suatu individu ikan adalah suatu pengetahuan yang penting dalam bidang biologi perikanan. Usaha untuk mempelajari penentuan umur suatu individu telah dimulai beberapa ratus tahun yang lalu. Penentuan umur ikan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu mempelajari tanda tahunan yang ada pada tubuh ikan serta dengan cara frekuensi panjang. Bagian – bagian tertentu dari tubuh ikan yang memiliki tanda–tanda tahunan adalah Tulang Vertebrae, Tukang Overculum, Duri sirip dan Tulang otolith (Royce,1972).
Dengan diketahuinya umur suatu individu ikan dari suatu spesies ikan maka kita akan dapat mengetahui pada umur berapa pertama kali ikan belajar mencari makan sendiri di alam, mencari makanan sesuai dengan kebiasaan kedua induknya, dan kapan ikan tersebut matang gonad (Yuniarti,2000).
Pada ikan yang hidup di daerah sub tropis, perbedaan laju pertumbuhan ikan sepanjang tahun sangat bervariasi. Pada musim panas ikan tumbuh dengan cepat sehingga pada otolith terbentuk lingkaran terang. Sedangkan pada musim dingin ikan tumbuh relatif lambat sehingga pada otolith terbentuk lingkaran gelap. Karena adanya pola gelap-terang pada otolith ini, maka umur ikan yang hidup di daerah subtropis dapat diperkirakan, di mana 1 lingkaran gelap dianggap mewakili 1 tahun usia ikan tersebut. Tetapi umur ikan yang hidup di daerah tropis tidak dapat diprediksi berdasarkan jumlah lingkaran pada otolith karena variasi laju pertumbuhan ikan sepanjang tahun relatif kecil. Akibatnya pola lingkaran pertumbuhan di otolith juga relatif sama (Pulungan. et al., 2006).
Penggunaan otolith sebagai alat untuk penentuan umur ikan sebenarnya berdasarkan pada keberadaan lingkaran-lingkaran pertumbuhan yang terbentuk seiring dengan pertumbuhan ikan tersebut. Lingkaran-lingkaran pertumbuhan pada otolith mempunyai pola yang spesifik, yaitu adanya area gelap dan terang. Area gelap terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang lambat sehingga pertumbuhan otolith juga lambat dan kristal Calcium Carbonat yang terakumulasi mempunyai struktur yang kompak/padat. Sedangkan area terang terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang relatif cepat, di mana otolith juga tumbuh dengan cepat, akibatnya Calcium Carbonat yang terakumulasi mempunyai struktur yang kurang kompak (Effendie, 2005).
C.    Bahan dan Alat.
1.      Bahan yang dipergunakan:
Larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).          1 ekor
Alkhohol                                                               secukupnya
Canada balsam                                                      secukupnya    
2.      Alat yang dipergunakan:
Streomikroskop                                                     1 buah
Mikroskop                                                             1 buah
Gelas benda dan gelas penutup                            masing-masing 1 buah
Jarum                                                                     secukupnya
D.    Cara Kerja.
1.      Disiapkan larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) sejumlah 1 ekor.
2.      Kemudian larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) tersebut dimasukan pada lensa obyektif kemudian dilihat dengan perbesaran 4-10X.
3.      Kemudian sambil dilihat dilensa obyektif,digunakan jarum untuk membedah kepala larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dan di cari sampai ketemu batu otolith.
4.      Batu otolilh dapat ditemukan di bagian dorsal-posterior kepala ikan.
5.      Dalam satu kepala terdapat 3 buah batu otolith, salah satunya larva ikan sangat kecil, berbentuk bulat dengan diameter sangat kecil berkisar 0,1-0,2 mm.
6.      Selama proses pencarian batu otolith, diusahakan objek dalam kondisi basah dengan cara selalu membasahi dengan meneteskan menggunakan alkhohol.
7.      Setelah batu otolith ketemu , kemudian dipindahkan dan tutup dengan Canada balsam, kemudian ditutup dengan menggunakan gelas penutup.
8.      Kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100X dan dihitung jumlah lingkaran yang ada. Setiap lingkaran yang halus menunjukan hitungan hari, sedangkan untuk lingkaran yang tebal menunjukan lingkraran bulan.
E.     Data Pengamatan.
1.      Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan jumlah lingkaran didalam batu otolith larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
Nama Kelompok
Otolith 1 (hari)
Otolith 2 (hari)
Kelompok 1
93
60
Kelompok 2
90
60
Kelompok 3
90
60
Kelompok 4
79
60
Rata-rata
88
60

2.      Hasil dokumentasi pengamatan dan perhitungn pada batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
 
            Gb. Otolith 1; Perbesaran 100X                     Gb. Otolith 2 ; Perbesaran 100X

F.     Pembahasan.
1.      Metode apakah yang digunakan didalam mengukur umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) ?
2.      Kenapa digunakan batu otolith untuk menduga dan mengukur umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor)?
3.      Bagaimana mekanisme pembentukan batu otolith pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor)?
4.      Apakah manfaat melakukan pendugaan umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dan dengan menggunakan larva apa untuk menentukan umur? Dan kenapa menggunakan larva ikan sidat sebagai salah satu pengukuran umur ikan?
Jawab.
 Praktikum pengukurtan umur ikan dimulai dari persiapkan larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) sejumlah 1 ekor. Kemudian larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) tersebut dimasukan pada lensa obyektif kemudian dilihat dengan perbesaran 4-10X. Kemudian sambil dilihat dilensa obyektif,digunakan jarum untuk membedah kepala larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dan di cari sampai ketemu batu otolith. Batu otolilh dapat ditemukan di bagian dorsal-posterior kepala ikan. Dalam satu kepala terdapat 3 buah batu otolith, salah satunya larva ikan sangat kecil, berbentuk bulat dengan diameter sangat kecil berkisar 0,1-0,2 mm. Selama proses pencarian batu otolith, diusahakan objek dalam kondisi basah dengan cara selalu membasahi dengan meneteskan menggunakan alkhohol. Setelah batu otolith ketemu , kemudian dipindahkan dan tutup dengan Canada balsam, kemudian ditutup dengan menggunakan gelas penutup. Kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100X dan dihitung jumlah lingkaran yang ada. Setiap lingkran yang halus menunjukan hitungan hari, sedangkan untuk lingkaran yang tebal menunjukan lingkraran bulan.
Metode yang digunakan untuk mengukur umur larva ikan sidat sidat (Anguilla bicolor bicolor) menggunakan batu otolith yang terdapat di bagian posterior dan dorsal dari mata larva ikan sidat sidat (Anguilla bicolor bicolor). Pertumbuhan larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) yang organ – organ tubuhnya mulai terbentuk secara sempurna dan mulai berfungsi akan memasuki masa juvenil dan akhirnya menyerupai bentuk ikan dewasa.
Pembentukan otolith terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam saluran kanal dari sirkulasi pada tulang ikan yang menonjol, berperan membantu dalam keseimbangan dan menanggapi bunyi. Selain itu penentuan umur ikan dapat melelui tanda tahunan pada tubuh ikan tercatat pada sisik, tulang oprculum, duri sirip punggung atau dada, tulang punggung otolith (batu telinga). Umur merupakan salah satu penduga terbaik dalam menentukan tingkat pertumbuhan relatif pada ikan, walaupun pertumbuhan sebenarnya sangat dipengruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Dengan diketahuinya umur suatu individu ikan dari suatu spesies ikan maka kita akan dapat mengetahui pada umur berapa pertama kali ikan belajar mencari makan sendiri di alam, mencari makanan sesuai dengan kebiasaan kedua induknya, dan kapan ikan tersebut matang gonad.
Untuk menentukan umur suatu individu ikan maka kita dapat juga melihat pada bagian-bagian tubuh yang keras. Bagian-bagian tubuh yang keras untuk pembacaan umur suatu individu ikan tersebut menurut (Lagler et al dalam Pulungan, 2006) yaitu sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri sirip dada, dan tulang otholit.
Pengetahuan tentang umur ikan dapat ditentukan dari jumlah guratan atau lingkaran yang terdapat di batu otolithnya. Pada batu otolith terdapat lingkaran yang tebal dan lingkaran yang tipis. Lingkaran yang tebal menentukan umur bulanan larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Sedangkan lingkaran yang tipis menunjukan umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dalam hitungan hari. Alasan yang tepat menggunakan batu otolith adalah pada batu otolith selalu mengalami perubahan guratan atau lingkaran akibat adanya kalsium yang mengendap ketika ikan sedang melakukan makan yang akan selalu bertambah ketika umur ikan juga semakin bertambah, artinya bahwa pertumbuhan ikan akan selalu di ikuti dengan penambahan lingkaran atau guratan pada batu otolith. Sehingga hal ini menjadi salah satu alasan digunakan batu otolith sebagai parameter pengukuran umur ikan. Batu otolith berada di bagian posterior dan dorsal bagian mata.
Pembentukan batu otolih pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dibagi menjadi 3 ukuran, kecil, besar dan ukuran sedang. Sedangkan pada larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) salah satunya larva ikan sangat kecil, berbentuk bulat dengan diameter sangat kecil berkisar 0,1-0,2 mm. proses pembentukan batu otolith dikarenakan ketika ikan melakukan kegiatan memasukan makanan yang disertai dengan memasukan material kalsium yang akan mengendap dibagian tululang otolith yang terdapat di bagian posterior dan bagian dorsal mata larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
Lingkaran   harian    terbentuk    dimulai    dari   intinya   yang menumpuk ke arah luar dari inti.  Tanda lingkaran saat pertama kali larva ikan mulai makan ditandai dengan tanda yang cukup jelas. Perhitungan jumlah lingkaran harian diawali dari tanda inti ke arah bagian luar dari otolith. Laju pembentukan lingkaran harian pada stadia awal sidat nampak pola yang berbeda-beda.  Perbedaan ini ada hubungannya dengan proses pertumbuhan individu yang terdiri dari berbagai stadia hidup dan mungkin juga adanya pengaruh perubahan lingkungan. Perubahan lebar dari lingkaran harian yang terbentuk merefleksikan perkembangan dari stadia leptochepalus menuju ke stadia glass eel atau elver yang dalam prosesnya di alam banyak terjadi perubahan habitat.  Diawali dengan stadia leptocephalus yang hidup mengalir dan terbawa arus.  Pada fase ini larva ikan belum bisa berenang aktif karena struktur tubuh belum sempurna terbentuk.
Pengamatan batu otolith larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dapat dihitung dan dicatat jumlah guratan atau lingkaran yang terdapat di batu otolith larva ikan sidat Anguilla bicolor bicolor) dengan hasil perhitungan seabagai berikut : 93, 90, 90 dan 79 untuk batu otolith satu dengan jumalh hari rata-rata adalah 88 hari atau 2 bulan 28 hari. Umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Untuk pengamatan batu otolith larva ikan sidat yang kedua menunjukan umur larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor)  seperti berikut yaitu 60, 60, 60 dan 60. Dari pengmatan dan perhitungan yang tampak menunjukan bahwa umur pada batu otoliht 2 menunjukan rata-rata adalah 60 hari atau 2 bulan. Hal ini menunjukan bahwa batu otolith dapat dignakan untuk mengukur lama hidup larva ikan, terutama larvsa ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Angka ini dapat dibuktikan kebenaran bahwa umur ikan sedemikan ketika kita mengukur dan menghitung umur ikan. Otolith telah digunakan untuk menentukan umur ikan oleh para ahli dibanyak negara karena pertambahan lingkaran annuli yang tergambar berbasis harian, sehingga informasi kritis tentang umur dan pertumbuhan dapat ditentukan pada setiap individu ikan.
Manfaat yang jelas melakukan pendugaan umur ikan adalah dengan kita mengetahui umur seekor ikan maka kita kan dapat mengetahui pola dinamika populasi ikan, mengetahui lama hidup ikan, mengetahui pola reproduksi ikan, mengatahui fekunditas ikan, mengetahui`perkembangan anatomi dan morfologi ikan sesuai dengan jenisnya. Dengan mengetahui umur ikan maka kita akan mempermudah didalam kegiatan membudidayaka jenis ikan tertentu dan manfaat yang yang lain dari mengetahui umur ikan kita akan dapat mengetahui pola reproduksi ikan dengan spesies dan jenis tertentu.
 Ikan yang digunakan didalam mengukur umur ikan adalah larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor), larva ini digunakan didalam praktrikum dikarenakan jenis ikan ini memiliki rentang hidup yang tidak begitu panjang, hanya sekitar beberapa tahun. Ikan jenis ini memiliki habitat di perairan tawar ketika masih berbentuk larva, dan akan kembali kelautan ketika sudah dewasa dengan mampu survive di lingkungan air asin. Dimana di lingkugan air tawar, ikan selalu mendapatkan makanan yang mengandungkalsium yang jumlahnya sedikit, sehingga dengan pola makan yang setiap hati dilakukan akan menyebabkan jumlah kalsium yang mengendap masih sedikit, sehngga batu otoliht yangtampak juga masih transparan, walaupun sudah menunjukan umur ikan. Akan tetapi ketika ikan sidat yang dewasa beralih untuk hidup dilingkungan yang air asin, dengan pola makan yang sama,akan menunjukan guratan atau lingkaran batu otolith yang semakin banyak dan tebal yang di ikuti dengan pertamabahan umur ikan tersebut (Effendie, 2005).
Otolith berbentuk bulat lonjong, transparan, dengan lingkaran hitam pada bagian pusat (inti). Sekitar inti terdapat garis lingkaran harian yang kuat sebagai tanda yang menunjukkan saat menetas dan lingkaran saat pertama larva makan yang sangat jelas terlihat pada sekitar inti.  Pola lingkaran harian yang terbentuk pada spesies sidat tropis (Effendie, 2005).
Penggunaan otolith sebagai alat untuk penentuan umur ikan sebenarnya berdasarkan pada keberadaan lingkaran-lingkaran pertumbuhan yang terbentuk seiring dengan pertumbuhan ikan tersebut. Lingkaran-lingkaran pertumbuhan pada otolith mempunyai pola yang spesifik, yaitu adanya area gelap dan terang. Area gelap terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang lambat sehingga pertumbuhan otolith juga lambat dan kristal Calcium Carbonat yang terakumulasi mempunyai struktur yang kompak/padat. Sedangkan area terang terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan yang relatif cepat, di mana otolith juga tumbuh dengan cepat, akibatnya Calcium Carbonat yang terakumulasi mempunyai struktur yang kurang kompak (Effendie, 2005).
Lingkaran   harian    terbentuk    dimulai    dari   intinya   yang menumpuk ke arah luar dari inti.  Tanda lingkaran saat pertama kali larva ikan mulai makan ditandai dengan tanda yang cukup jelas.   Perhitungan jumlah lingkaran harian diawali dari tanda inti ke arah bagian luar dari otolith. Laju pembentukan lingkaran harian pada stadia awal sidat nampak pola yang berbeda-beda.  Perbedaan ini ada hubungannya dengan proses pertumbuhan individu yang terdiri dari berbagai stadia hidup dan mungkin juga adanya pengaruh perubahan lingkungan.  Perubahan lebar dari lingkaran harian yang terbentuk merefleksikan perkembangan dari stadia leptochepalus menuju ke stadia glass eel atau elver yang dalam prosesnya di alam banyak terjadi perubahan habitat.  Diawali dengan stadia leptocephalus yang hidup mengalir dan terbawa arus.  Pada fase ini larva ikan belum bisa berenang aktif karena struktur tubuh belum sempurna terbentuk.

G.    Kesimpulan.
1.      Letak batu otolith berada di bagian posterior dan dorsal dari mata larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).
2.      Perhitungan pada kegiatan pengamatan dilakukan dengan menghitung pola garis atau lingkaran yang terdapat pada  batu otolith dimana garis yang tebal menunjukan angka bulan sedangkan garis yang tipis di indikasikan dengan garis yang tipis.
3.      Larva ikan yang digunakan adalah larva ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dimana larva ini memiliki pola atau siklus hidup yang pendek, sedangkan larva ini memiliki pola hidup yang unik dimana dapat hidup di dua perairan yang berbeda yaitu periran asin dan perairan tawar.
4.      Batu otolith terbentuk dari proses pengendapan kalsium karbonat yang terjadi ketika larva ikan melakukan proses memakan makanan.
5.      Hasil pengamatan menunjukan bhwa rata-rata kegiatan perhitungan adalah 80 untuk otolith 1 dan otolith 2 menunjukan nilai 60.
H.    Refereni
Dinas perikanan kabupaten bengkalis.1997. Kebijaksanaan umum tentang perikanan dan
kelautan. Bengkalis.
Djuhanda, T. 1981. Dunia ikan. Bagian I. Kehidupan ikan dalam ekosistem perairan di
Indonesia. Bogor :ITB Press.
Djajadireja, S. S. Hatimah dan Z. Arifin. 1977. Buku pedoman pengenalan sumberdaya
perikanan darat bagian I. Jakarta:Dtjen Perikanan.
Evy,R., Endang mujiani  dan  K. Sujono.2001. Usaha Perikanan di   Indonesia. Bogor:
Mutiara Sumber Widya.
Effendie,  M. I., 1995. Metode biologi perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor. 122 hal.
Efeendie., M. I., D. J. Sjafei.;  M. Raharjo;  R. Affandi dan Sulistiono., 1979. Ichthyology.
Bogor: Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Hardjamulia,  A., 1978. Budidaya perikanan.Bogor. Departemen Pertanian. BPLPP. Sekolah
usaha perikanan.
Pulungan. et al., 2006. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Pekan Baru :Unri Riau.
Raharjo. 1980. Sistem morfologi dan anatomi ikan. Bandung.ITB Press.
Royce, W. F. 1972. Introduction to the Fishery Science. Academic Press. 351 pp.
Yuniarti. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai
Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Pekanbaru: Fakultas perikanan
dan ilmu Kelautan, Universitas Riau. 

Tidak ada komentar: