SIMPOSIUM NASIONAL DAN LOKAKARYA GANODERMA SEBAGAI PATOGEN PENYAKIT TANAMAN & BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL
Bogor, 2-3 Nopember 2011
Indonesia saat ini merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas areal diperkirakan mencapai lebih dari 8 juta Ha, dengan produksi mencapai lebih dari 20 juta ton CPO/tahun. Luas areal perkebunan kelapa sawit ini masih akan bertambah dan pada tahun 2020 akan didominasi oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta. Kelapa sawit diintroduksikan pertama kali di Kebun Raya Bogor sejak 163 tahun yang lalu (tahun 1848). Semenjak kelapa sawit dibudidayakan secara intensif hingga saat ini, Ganoderma telah menjadi penyakit endemik untuk daerah-daerah tertentu, kejadian penyakit sangat tinggi, distribusi luas dan adanya beberapa inang alternatif, serta sangat merugikan.
Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan Ganoderma boninense pada tanaman kelapa sawit sangat besar. Secara nasional, dengan luasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini, jika tingkat serangan Ganoderma sebesar 1%, maka kerugiannya bisa mencapai lebih dari Rp 2 trilyun tiap tahun. Padahal, tingkat serangan dapat mencapai lebih dari 20%, terutama pada kebun yang telah mengalami replanting beberapa kali. Oleh sebab itu, untuk menekan tingkat serangan dan risiko kerugian ini,perlu dirumuskan bersama cara penanggulangannya yang lebih cepat, murah dan efektif.
Pengendalian Ganoderma memerlukan strategi yang harus dikomunikasikan dengan baik sampai ke tingkat tertinggi pengambil keputusan untuk menjamin tersedianya anggaran yang cukup, pemahaman yang sama tentang penyakit, personel yang cakap dan pengawasan yang konsisten. Pengendalian yang disarankan merupakan pengendalian terpadu seperti sanitasi lahan dengan memusnahkan sumber infeksi yang berupa tunggul sawit sakit, spora, miselium, badan buah Ganoderma dan inangnya, serta pemberian bahan organik/kompos dan manipulasi rhizosfer dengan inokulasi mikroba antagonis dan mutualisme untuk meningkatkan aktivitas biologi tanah. Cara pengendalian dengan pemberian bahan organik diperkuat dengan kenyataan terjadinya degradasi lahan di pertanaman sawit dan meningkatnya harga pupuk di pasaran. Beberapa hasil penelitian mutakhir telah diperoleh antara lain, Gano-kit, alat deteksi dini penyakit Ganoderma dan beberapa produk asam organik yang membantu kesehatan tanaman diharapkan dapat membantu dalam menangani masalah penyakit Ganoderma.
Usaha untuk memperoleh tanaman transgenik kelapa sawit tahan Ganoderma telah mulai dilakukan dengan mengekspresikan gen kitinase, glukanase dan sintase, serta menggunakan promoter spesifik akar.
Ganoderma juga menimbulkan kerugian besar pada hutan tanaman industri seperti tanaman Sengon dan Acacia mangium. Ganoderma yang menyerang tanaman kehutanan sebagian besar diidentifikasi sebagai Ganoderma philippii. Pengendalian terpadu juga merupakan cara pengendalian yang disarankan untuk tanaman kehutanan.
Namun, di balik keganasannya sebagai penyakit tanaman, ternyata jamur patogen ini, pada spesies yang berbeda, yaitu G. lucidum yang tidak bersifat patogen juga memiliki manfaat sebagai obat bagi manusia. Berbagai komponen kimia yang dapat menyembuhkan penyakit dari tumor, kanker, sebagai imunostimulan, hingga penurun kolesterol ada dalam Ganoderma. Hal ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan sebagai bahan baku obat bersama dengan bahan fitofarmaka yang lain.
Ganoderma lucidum juga dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pakan yang dapat meningkatkan imunitas sapi perah laktasi, maupun domba pedaging, serta sebagai antimastitis subklinis.
Dua sisi potensi Ganoderma yang sangat berlawanan ini, yaitu potensi bahayanya yang besar dan potensi manfaatnya yang juga besar, membutuhkan sistem pengelolaan yang baik untuk jamur ini. Pengusaha obat tradisional perlu mencermati upaya yang aman agar budidaya jamur ini tidak serta-merta menjadi sumber percepatan penyebaran penyakit bagi tanaman. Pengusaha perkebunan juga perlu mencermati agar misalnya usaha integrasi sawit-sapi yang telah dirintis juga tidak terganggu dengan risiko penyebaran Ganoderma di perkebunan sawitnya.
Budidaya Ganoderma seringkali dilakukan dengan memanfaatkan material lokal sebagai media tumbuh. Agar tidak terjadi masalah akibat ledakan penyakit di wilayah tersebut, maka masyarakat perlu mendapatkan pelatihan yang baik tentang bagaimana sistem pengelolaan limbah media tumbuh jamur patogen ini.
Penyakit | : | Jamur akar merah |
Penyebab | : | Ganoderma philippii (Bres. & Henn.) |
Inang | : | Flamboyan (Delonix regia Rafin.) |
Gejala | : | Gejala berupa akar yang sakit tertutup oleh miselium berwarna merah yang melekat dengan tanah, gejala lanjut miselium akan berwarna merah anggur tua. Kayu yang terinfeksi berwarna kuning suram pucat, busuk basat, terkadang kering, tergantung pada kondisi tanah. Pada gejala lanjut, cendawan akan membentuk tubuh buah pada pangkal batang, berbentuk seperti kuku kuda (console, bracket) tipis, keras, berkayu, permukaan atasnya cokelat merah tua, permukaan bawah putih krem, dan berlekuk. Gejala yang tampak berupa daun-daun menguning, layu, dan gugur, sehingga lama-kelamaan tanaman akan menjadi gundul. |
Deskripsi | : | Penularan penyakit terjadi karena adanya kontak antara akar tanaman sakit dengan akar tanaman sehat; spora cendawan hanya dapat menginfeksi tunggul tanaman sakit/ rentan. |
Pengendalian | : | Pada saat akan melakukan peremajaan/ penanaman, semua sisa tanggul tanaman/ akar harus dibersihkan; Pohon yang sakit atau mati harus dibongkar; dibuat selokan isolasi atau pembukaan leher akar; Pengelolaan drainase yang baik. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar