Tugas Ornitologi
Laporan
Pengamatan Burung di Berbagai Lokasi di
Wilayah Eks-Karisidenan Surakarta
Disusun
oleh:
Nama : Arif Ardwiantoro
NIM : M 0409009
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA
2012.
Laporan Pengamatan
Burung di Berbagai Lokasi di Wilayah
Eks-Karisidenan Surakarta
A. Pendahuluan.
1. Latar
Belakang Masalah.
Burung adalah salah satu makhluk yang mengagumkan. Berabad-abad burung
menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesenangan kepada masyarakat Indonesia
karena keindahan suara dan bulunya. Burung juga merupakan indikator yang sangat
baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya Sebagai
salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan
saling tergantung dengan lingkungannya. struktur
vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies
burung pada tingkat lokal. Burung
dijumpai hampir di setiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah
satu kekayaan satwa Indonesia. Jenisnya sangat beranekaragam dan masing-masing
jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Hidupnya memerlukan syarat-syarat
tertentu yaitu adanya kondisi habitat yang cocok dan aman dari segala macam
gangguan Atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran
burung adalah suatu ekosistem perlu dipertahankan.
Sebagai salah satu komponen ekosistem,
burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan
lingkungannya. Atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran burung dalam
suatu ekosistem perlu dipertahankan. Selama proses evolusi dan perkembangan kehidupan berlangsung, burungselalu
beradaptasi dengan berbagai faktor, baik fisik (abiotik) maupun biotik. Hasil
adaptasi ini mengakibatkan burung hadir atau menetap di suatu yang sesuai
dengan kehidupannya dan tempat untuk kehidupannya tersebut secara keseluruhan
disebut sebagai habitat (Rusmendro, 2004).
Struktur vegetasi merupakan salah satu
faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal. Hubungan
yang sangat erat antara komunitas burung dengan indeks keragaman habitat
menunjukkan bahwa burung sangat tergantung pada keragaman kompleksitas dari
pohon, tiang dan semak). Ada perbedaan struktur komunitas burung pada daerah
yang mempunyai struktur vegetasi yang berbeda ataupun antara vegetasi alami
dengan yang terganggu (Arumsari,1989).
Perbedaan jenis-jenis burung pada
masing-masing pengamatan menurut Hernowo (1988), apabila kondisi habitatnya kurang
baik dalam mendukung kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan atau
faktor lain (luas area dan iklim) dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung.
Lack (1971), menyatakan bahwa jumlah jenis burung sangat bergantung pada
karakteristik habitat, jumlah jenis burung juga dipengaruhi oleh tingkat
penggunaan sumber daya yang ada.
Tingkat keseringan burung liar menggunakan
jenis tumbuhan merupakan salah satu kriteria untuk menunjukkan tingkat
ketergantungan burung dalam menggunakan suatu habitat untuk melakukan
aktivitas.Burung memiliki habitat hidup yang spesifik,
dimana burung hanya dapat hidup dengan adanya sumber makanan dan sumber pakan
yang mendukung untuk kelangsungan hidupnya. Burung menempati hampir semua
habitat dibumi ini. Karena burung memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang mendukung untuk hidup. Akan tetapi saat ini populasi
burung cenderung menurun. Keadaan tersebut merupakan hasil langsung dari dampak
antropogenik, seperti pembakaran hutan dan padang rumput, perladangan
berpindah, perburuan dan perdagangan burung (traffic bird). Akibat penurunan kualitas, modifikasi dan hilangnya habitat
merupakan ancaman yang berarti bagi jenis-jenis burung. Saat ini diketahui
sekitar 50 % burung di dunia terancam punah karena menurunnya kualitas dan
hilangnya habitat (Arumsari,1989).
Permasalahan burung yang tampak di berbagai daerah disekitar surakarta
adalah banyaknya kerusakan lingkungan yang disebabkan okeh adanya kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh adanya penbangan pohon yang tidak terkendali,
pembangunan perumahan, kegiatan manusia didalam memburu burung, dan adanya
kegiatan traffic bird. Dengan
permasalahan yang ada maka perlu dilakukan pengamatan burung diberbagai
habitat.
Pengamatan burung ini dilakukan dengan harapan untuk mengetahui kondisi
riil populasi burung yang berada diberbagai daerah. Untuk mengetahui komposisi
burung serta jenis jenis burung yang terdapat di berbagai daerah tersebut.
Kemudian dilakukan pengamatan burung dan pengidentifikasian burung berdasarkan
ciri morfologi, suara dan perilaku terbang dan hinggap di pohon melalui
kegiatan birdwatching.
2.
Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah
keanekaragaman burung di wilayah wilayah persawahan,
wilayah yang ternaungi pohon, wilayah dijalan perkotaan dengan keramaian,
daerah perumahan, didaerah taman kota, didaerah pedesaan yang masih asri dan
banyak pepohonan dan lokasi didekat daerah
yang banyak mengandung polusi di wilayah eks-karesidenan Surakarta.
b.
Bagaimana
bentuk interaksi dan komposisi keanekaragaman populasi burung yang terdapat
berbagai kondisi lingkungan habitat yang berbeda?
3.
Tujuan.
Tujuan yang ingin dicapai didalam kegiatan
pengamatan burung di berbagai wilayah pengamatan sebagai berikut:
a.
Mengetahui
keanekaragaman dan komposisi burung di wilayah persawahan,
wilayah yang ternaungi pohon, wilayah dijalan perkotaan dengan keramaian,
daerah perumahan, didaerah taman kota, didaerah pedesaan yang masih asri dan
banyak pepohonan dan lokasi didekat daerah
yang banyak mengandung polusi di wilayah eks-karesidenan Surakarta.
b.
Mengetahui
bentuk interaksi dan perilaku burung terhadap kondisi lingkungan habitat yang
berbeda.
4.
Manfaat Pengamatan.
a.
Pengamatan
ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keragaman dan komposisi
burung wilayah persawahan, wilayah yang ternaungi pohon,
wilayah dijalan perkotaan dengan keramaian, daerah perumahan, didaerah taman
kota, didaerah pedesaan yang masih asri dan banyak pepohonan dan lokasi didekat
daerah yang banyak mengandung
polusi di wilayah eks-karesidenan Surakarta.
b.
Pengamatan
ini bermanfaat sebagai sumber data yang berguna untuk kepentingan konservasi
dan inventarisasi burung di berbagai wilayah eks-karesidenan Surakarta.
5.
Hipotesis pengamatan.
a.
Terdapat
berbagai keanekaragaman dan komposisi jenis burung yang menempati wilayah
tertentu dengan vegetasi tertentu pula. Sehingga ketika dilakukan kegiatan birdwatching maka kita akan mendapatkan
jenis burung yang memiliki kemampuan tertentu yang dapat hidup di habitat
tertentu.
b.
Struktur
vegetasi merupakan salah satu faktor penting yang merupakan pendukung kehidupan
burung,sebab burung memerlukan kondisi vegetasi tertentu untuk dapat
berkembangbiak dan memerlukan tempat hidup yang nyaman.
B.
Dasar Teori.
Ornithologi berasal dari bahasaYunani yaitu Ornith yang berarti burung
dan logos yang berarti ilmu. Namaornith dipergunakan bagi kelompok hewan
classis Aves (aves = burung, bahasalatin). Ornithologi yaitu suatu ilmu yang
mempelajari berbagai aspek mengenai burung, seperti: fisiologi, morfologi,
behaviour, ekologi, dsb (Arumsari,1989).
Burung atau hewan dibagi menjadi2 jenis menurut waktu beraktivitas,
yaitu:
Ø
Diurnal (aktif pada siang hari).
Sebagian besar burung aktif pada siang hari, biasanya pada jam-jam tertentu
burung melakukan istirahat.
Ø
Nokturnal (aktif pada malam hari),
biasanya pada kelompok Strigiformes (burung hantu) (Arumsari,1989).
Ciri-ciri burung:
Sebagian besar tubuhnya ditutupi
bulu. Terdapat 2 pasanganggota badan, 1 pasang anterior menjadi sayap, dan 1
pasang posterior menjadikaki untuk berjalan/mengais (Galliformes &
Ciconiiformes), mencakar(Falconiformes & Strigiformes) atau berenang dengan
selaput pada jari kaki(Pelecaniformes & Anseriiformes). Masing-masing kaki
memiliki 4 jari kaki. Rangkanya halus, kuat,dibentuk dari tulang sejati.
Mulutnya merupakan suatu tonjolan berupa paruh(dari zat tanduk), tidak ada
gigi, leher yang fleksibel. Jantung terdiri dari 4ruang (2 atrium dan ventrikel
yang terpisah). Respirasi oleh paru-parudan berhubungan dengan kantung-kantung
udara (Basuni,
1988).
Bentuk tubuh burung umumnyaseperti “spindle shape” (seperti gelendong
benang yang kedua ujungnyamelancip). Kelebihan bentuk tersebut adalah untuk
memudahkan burung ketikamenembus udara saat terbang, atau ketika menembus air
pada waktu berenang. Warna bulu burungbermacam-macam. Burung-burung dari daerah
yang kering warnanya cenderung kewarna yang pucat, sedangkan pada daerah-daerah
yang lembab warnanya lebihgelap. Pada umumnya burung jantan warnanya lebih
cemerlng dari burung betina. Sayap pada burung digunakanuntuk terbang, tapi
pada beberapa burung air (pinguin) dimodifikasi untukmenggerakan badannya di
dalam air, sayapnya telah berdegenerasi sehingga tidakdapat terbang, ekornya
dipergunakan untuk mengemudi dan keseimbangan badan. Distribusi burung terdapat
mulaidari permukaan laut sampai dengan di pegunungan yang ketinggiannya >
20.000kaki (Mount Everest, Himalaya). Setiap species mendiami suatu daerah
geografistertentu dan habitat tertentu pula. Burung albatros tinggal di lautan
yangterbuka kecuali apabila sedang bersarang, burung camar terdapat di
sepanjangpantai, kelompok Anseriiformes di temukan di daerah yang berawa-rawa,
burungpelatuk dan kelompok Bucerotidae mempergunakan pohon sebagai tempat
tinggalnya,burung pemburu pada umumnya hidup soliter, kelompok Passeriformes umumnya
hidup berkelompok (Basuni, 1988).
Manfaat burung di alam bagikehidupan diantaranya (fungsi ekologis
burung): Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan
dalam ekosistem). Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai
perbedaan antara posisi benang sari dan putik. Sebagai predator hama (serangga,
tikus, dsb.) Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan
bijinya. Sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata
(ekoturism). Manfaat burung yang ditangkarkan bagi manusia (fungsiekonomis
burung): Memiliki nilai estetika: kicauan yang bervariasi, bulu yang indah,
atau kecepatan terbang untuk diperlombakan. Memiliki nilai ekonomi: sarang,
telur, daging, bulu, kotoran, tanduk (casque), binatang awetan, dan industri
pembuatan sangkar, pakan, dsb.
Kemampuan untuk tebang merupakan ciri yang paling khusus dari
burung. Hal itu membedakannya dengan hewan-hewan bertulang belakang
yang lain. Seakan-akan burung memang dirancang untuk terbang. Selama proses
evolusi, burung berkembang dari reptil kecil berkaki dua menjadi makhluk
yang bertubuh ringan tapi kuat, bentuk tubuh streamline, berbulu dan bersayap, dengan metabolisme yang
efisien dan syaraf motorik otak yang lebih berkembang (Paeman, 2002).
Terbang meluncur, atau gliding adalah cara terbang burung
yang paling sedikit membutuhkan tenaga. Pada waktu terbang meluncur,
burung menggunakan berat badannya untuk melawan terpaan angin dari depan.
Oleh karena itu, hanya burung berukuran besar yang mampu melakukannya
dengan baik. Jenis-jenis Elang sering terlihat terbang meluncur sejauh
puluhan meter tanpa mengepakkan sayapnya. Terbang dengan cara ini
memungkinkan burung menghemat tenaga. Namun, pada saat meluncur,
makin lama burung tersebut terbang semakin rendah. Berbeda dengan
ketika burung melakukan soaring atau terbang membubung, dia
menambah ketinggiannya meskipun tanpa menggerakkan sayapnya (Paeman, 2002).
Terbang membubung (soaring) dilakukan dengan memanfaatkan
udara yang berhembus ke atas ketika angin menabrak tebing atau ketika
suatu kolom udara panas ( thermal) bergerak naik. Kolom udara panas
terbentuk ketika terjadi pemanasan yang tidak merata pada udara
di permukaan tanah. Udara yang lebih panas menjadi lebih ringan
dibandingkan udara yang lebih dingin di sekelilingnya,sehingga bergerak ke
atas. Burung yang terbang dengan memanfaatkan kolom udara panas ini
biasanya terbang berputar-putar membentuk lingkaran dengan tujuan
tetap berada di dalam udara yang bergerak naik Membubung dengan
memanfaatkan kolom udara panas sering dilakukan oleh burung-burung
pemangsa. Perilaku terbang seperti ini biasa disebut thermal soaring.
Ketika hari beranjak siang, dan sinar matahari mulai terasa panas, saat
itulah burung Elang mulai mendominasi perhatian seorang pengamat burung.Tapi soaring tidak
hanya dilakukan oleh burung pemangsa. Jenis-jenis bangau juga melakukan
hal itu. Begitu pula burung-burung laut (Paeman, 2002).
Membubung memiliki dua keuntungan utama. Pertama, membubung
menghemat energi yang dibutuhkan di udara ketika mencari makanan atau
ketika mempertahankan tempat buruan. Kedua, membubung memungkinkan
burung untuk secara meyakinkan meningkatkan jarak
tempuh penerbangannya. Seekor burung camar dapat menghemat hingga
70% tenaganya ketika membubung. Terbang yang paling umum dilakukan oleh
burung adalah terbang dengan mengepakkan sayapnya (flapping flight). Terbang
dengan mengepakkan sayap membutuhkan tenaga lebih besar dibanding meluncur
atau membubung. Oleh karena itu biasanya mereka tidak mengepakkan
sayap terus menerus sewaktu terbang. Ada dua macam pola terbang
gabungan yang selalu dilakukan burung untuk menghemat pemakaian tenaga;
yaitu mengepak dan meluncur, serta mengepak dan melambung. Perilaku
terbang dengan mengepakkan sayap kemudian meluncur
yang dilakukan bergantian membutuhkan tenaga lebih kecil
dibandingkan mengepakkan sayap terus menerus
ketika terbang dengan kecepatan rendah. Begitu pula
dengan terbang mengepakkan sayap dankemudian melambung yang
digunakan burung ketika bergerak dengan kecepatan tinggi (Paeman, 2002).
Satu pola terbang yang paling jarang dilakukan oleh burung
adalah hovering flight atau terbang melayang tanpa
berpindah tempat. Pola terbang seperti ini biasanya dilakukan ketika
seekor burung sedang mencari makan. Burung yang paling mahir melakukannya adalah
Burung Kolibri. Burung yang tidak dapat kita temui di Indonesia ini melakukan hovering ketika
sedang menghisap madu dari sekuntum bunga, dan dia mampu bertahan dalam
posisi itu selama yang dia inginkan. Bahkan dia dapat terbang mundur.
Kenapa hovering jarang dilakukan? Kemungkinan karena pola
terbang ini membutuhkan tenaga hampir dua kali lebih besar dibandingkan
terbang biasa (Paeman, 2002).
Terbang dalam
formasi. Ketika burung terbang, tekanan udara di bagian atas sayap
berbeda dengan tekanan di bagian bawah. Udara dari bagian bawah sayap yang
bertekanan lebih tinggi bergerak ke bagian atas sayap yang bertekanan
lebih rendah. Hal ini menimbulkan aliran udara yang menuju
ke atas. Aliran udara naik di ujung masing-masing sayap inilah
yang dimanfaatkan oleh burung yang terbang di belakangnya. Dengan
demikian, burung yang posisinya di belakang bisa menghemat lebih banyak
tenaga (Wiharyanto, 1996).
C. Alat
dan Bahan.
Teropong
binokuler 1 buah
buku catatan 1
buah
alat tulis 1
buah
buku panduan pengenalan jenis
burung (Field Guide) Jawa-Bali 1 ekspemplar
teropong binokuler 1
buah
D. Cara
Kerja.
1.
Pengamatan dilakukan diberbagai
daerah yaitu persawahan, wilayah yang ternaungi pohon, wilayah dijalan perkotaan
dengan keramaian, daerah perumahan, didaerah taman kota, didaerah pedesaan yang
masih asri dan banyak pepohonan dan lokasi didekat stasiun kereta api.
2. Pengamatan dilakukan dengan cara mengendap-endap, mencari tempat
bersembunyi, menggunakan atribut yang tidak mencolok, tidak melakukan aktifitas
yang mengganggu burung, tidak melepaskan binokuler sampai diskripsi jenis
burung sampai dapat mengidentifikasi burung tersebut dengan menggunakan buku
panduan pengenalan jenis burung (Field
Guide) Jawa-Bali.
3.
Setelah berhasil diidentifikasi
maka segera melakukan inventarisasi jenis burung yang terdapat di daerah yang
diamati.
4.
Pembuatan pelaporan jenis burung yang
terdapat dimasing-masing daerah yang diamati.
E. Hasil
Pengamatan.
Nama
Kelompok
|
Lokasi
Pengamatan
|
Jenis
Burung
|
Keterangan
|
Kelompok
1
|
Persawahan
Perum
UNS IV Triyagan, Sukoharjo
Waktu
pengamatan : 08.00-09.30 WIB.
Tanggal
: 10 Mei 2012
|
Burung
Pipit
Burung
Pentet
Burung
Gereja
Burung
Walet
|
±
25 ekor
±
3 ekor
±
12 ekor
±
3 ekor
|
Kelompok
2
|
Wilayah
keraton solo
Alun-alun
utara solo
Waktu
: 08.00-10.00 WIB.
Tanggal:
6 Mei 2012
Keraton
Siti Inggil
Waktu:
08.00-10.00 WIB.
Tanggal:
6 Mei 2012.
|
Burung
Sriti
Burung
Gereja
Burung
Erasia
Burung
Bondol Jawa
Burung
Sriti
Burung
Bentet Kelabu
Burung
Prenjak Padi
Burung
Bondol Peking
Burung
Kipasan Belang
Burung
Tekukur
|
Wilayah
yang diamati adalah wilayang yang banyak ternaungi pohon besar.
|
Kelompok
3
|
Jl.
Ir Sutami (depan UNS)
Tanggal
: Kamis, !0 Mei 2012
Waktu
: 09.00-10.00 WIB
|
Burung
Emprit
Burung
Kutilang
Burung
Sriti
Burung
Gereja Erasia
|
Wilayah
yang diamati adalah di jalan perkotaan dengan keramaian dan didekat aktifitas
manusia.
|
Kelompok
4
|
Perumahan
Ngoresan,Jebres, Surakarta.
Waktu:
07.00-09.00 WIB
Tanggal:
10 Mei 2012
|
Burung
Walet Sapi
Burung
Gereja
Burung
Merpati
Burung
Emprit
Burung
Kuntul Jawa
Burung
Kutilang
|
7
ekor
33
ekor
2
ekor
14
ekor
1
ekor
2
ekor
|
Kelompok
5
|
Taman
Balekambang
Tanggal:
10 mei 2012
Waktu:06.30-09.00
WIB
|
Burung
Merpati
Burung
Ayam
Burung
Kalkun
Burung
Gereja Erasia
Burung
Kutilang
Burung
Angsa
Burung
Sriti
Burung
Merbah
Burung
Kacamata
Burung
Prenjak Jawa
Burung
Dederak Jawa
Burung
Pelatuk
Burung
Cage
Didalam
penangkaran:
Burung
Kaswari
Burung
Kakak Tua
Burung
Elang Bondol
Burung
Rangkong Badak
Burung
Beo
Burung
Strom
Burung
Elang Madu
Burung
Paruh Bengkok
Burung
Merak
Burung
Golden Phase
Burung
Parkit
|
Lokasi
balekambang yang berupa taman membuat kebanyakan burung dapat hidup dengan
baik. Membuat sarang dengan nyaman.
Sedangkan
burng yang berada dipenangkaran biasa hidup dengan mengikat kaki burung
dengan rantai dan kebanyakan di pelihara didalam sangkar.
|
Kelompok
6
|
Bekonang,Sukoharjo.
Waktu:
15.00-17.00 WIB
Tanggal:
7 mei 2012
Tebon,
Baki,Pandean, Sukoharjo.
Waktu:
21.00
Tanggal:
7 Mei 2012
Gemolong,Sragen.
Waktu:
05.00-05.30
Tanggal:
8 Mei 2012.
|
Burung
Cici Padi
Burung
Gelatik
Burung
Emprit Gantil
Burung
Prenjak
Burung
Sriti
Burung
Puyuh
Burung
Cici Padi
Burung
Gagak Jawa
Burung
Ayam
Burung
Dara
|
Wilayah
pedesaan yang masih asri dan banyak pepohonan.
|
Kelompok
7
|
Terminal
Tirtonadi
Waktu:
Kamis, 10 Mei 2012. Pukul 09.00
|
Burung
Dara
Burung
Walet Sapi
Burung
geraja
Burung
Emprit
Burung
Dederuk Jawa
|
Lokasi
didekat stasiun kereta api.
|
F.
Pembahasan.
Permasalahan burung yang tampak di berbagai daerah disekitar surakarta
adalah banyaknya kerusakan lingkungan yang disebabkan okeh adanya kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh adanya penbangan pohon yang tidak terkendali,
pembangunan perumahan, kegiatan manusia didalam memburu burung, dan adanya
kegiatan traffic bird. Dengan
permasalahan yang ada maka perlu dilakukan pengamatan burung diberbagai
habitat.
Pengamatan burung ini dilakukan dengan harapan untuk mengetahui kondisi
riil populasi burung yang berada diberbagai daerah. Untuk mengetahui komposisi
burung serta jenis jenis burung yang terdapat di berbagai daerah tersebut.
Kemudian dilakukan pengamatan burung dan pengidentifikasian burung berdasarkan
ciri morfologi, suara dan perilaku terbang dan hinggap di pohon melalui
kegiatan birdwatching.
Pengamatan dilakukan diberbagai daerah meliputi
: wilayah persawahan, wilayah yang ternaungi pohon,
wilayah dijalan perkotaan dengan keramaian, daerah perumahan, didaerah taman
kota, didaerah pedesaan yang masih asri dan banyak pepohonan dan lokasi didekat
daerah yang banyak mengandung
polusi.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan teropong binokuler dengan metode mengendap-endap, mencari tempat bersembunyi, menggunakan atribut yang
tidak mencolok, tidak melakukan aktifitas yang mengganggu burung. Kemudian burung yang diamati segera dilakukan
pengidentifikasian dengan melihat dari buku panduan burung jawa-Bali.
Wilayah persawahan yang diamati memiliki
struktur ekologi yang terdiri dari persawahan dengan menguningnya bulur-bulir
padi dimana hampir mayoritas ditanami tanaman padi. Selain itu, daerah sekitar
yang diamati terdapat pepohonan seperti pohon bambu, pohon angsana, pohon petai
cina dll. Pohon ini biasanya digunakan untuk bersarang bagi burung tersebut.
Burung yang mendominasi daerah tersebut adalah antarfa lain adalah burung pipt,
burung pentet, burung gereja dan burung wallet. Pengamtan dilakukan pada pukul
08.00-08.30 WIB.
Wilayah yang ternaungi oleh pohon dilakukan
pengamatan pada wilayah sekitar keraton solo yitu alun-alun utara dan keraton
siti inggil pada pukul 08.00-10.00 WB. Wilayah ini sangat banyak pohon yang
berukuran besar seperti pohon beringin dan pohon angsana yang ukuranya sangat
besar. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa di daerah alun-alun utara
terdapat jenis burung sriti, burung gereja, burung emprit erasia dan burung
bondol jawa. Sedangkan pada wilayah siti inggil
yang terdapat burung sriti, burung bentet kelabu, burung prenjak padi,
burung bondol peking, burung kipasan belang dan burung tekukur.
Wilayah dijalan perkotaan dekat dengan
keramaian dilakukan pengamatan pada pukul 09.00-10.00 WIB di Jl.Ir Sutami
(depan UNS) dimana daerah itu terdapat habitat dengan komposisi pohon angsana
yang jumlahnya banyak. Jenis burung yang dominan adalah burung emprit, burung
kutilang, burung sriti, burung gereja erasia. Wilayah ini memiliki tingkat
aktifitas manusia yang sangat ramai, sehingga jenis burung tertentu yang dapat
hidup dan menyesuaikan keadaan lingkungan.
Wilayah perumahan merupakan wilayah yang
terdiri dari susunan rumah. Sehingga jumlah pohon diwilayah ini sangat terbatas
jumlahnya. Pengambilan wilayah pengamatan pada perumahan ngoresan, jebres
dimana diamati pada pukul 07.00-09.00 WIB. Pohon yang dominan didaerah
perumahan tersebut adalah pohon pisang, pohon mangga dan pohon yang lain yang
tidak terlalu tinggi habitusnya. Dari hasil pengamatan didapatkan burung wallet
sapi yang bersaang pada rumah yang tua yang sengaja dibuatkan sebagai sarang
burung wallet tersebut. Burung gereja yang bersarang disela-sela rumah, burung
merpati yang dibuatkan sarang oleh orang yang pelihara, burung emprit yang
bersarang disela-sela pohon pisang, burung kuntul jawa yang ditemukan didaerah
persawahan dan burung kutilang yang berada di pohon mangga.
Wilayah ditaman kota. Pengambilan wilayah di
balekambang dimana daerah tersebut memiliki struktur vegetasi yang lumayan
terjaga. Wilayah ini memiliki susunan vegetasi meliputi pohon angsana, pohon
beringin dll. Pengematan dilakukan pada jam 7.00-09.00 WIB. Setelah dilakukan
pengamatan ditemukan 2 buah habitat burung, yaitu yang berada dipenangkaran dan
burung yang liar. Komposisi burung yang yang masih liar yaitu burung merpati,
burung ayam, burung kalkun, burung gereja erasia, burung kutilang, burung
angsa, burung sriti, burung merbah, burung kacamata, burung prenjak jawa,
burung jawa, burung pelatuk dan burung cage. Sedangkan burung yang berada
dipenangkaran antara lain adalah burung kaswari, burung kakak tua, burung elang
bondol, burung rangkong badak, burung beo, burung strom, burung elang madu,
burung paruh bengkok, burung merak, ayam golden phase dan parkit.
Wilayah pedesaan yang masih asri vegetasinya
dan memiliki banyak pepohonan. Wilayah daerah yang masih asri akan memiliki
komposisi vegetasi yang masih terjaga, apapun jika terdapat perubahan struktur
komposisi vegetasi yang mendukung hidup bagi burung hanyalah sedikit berubah. Wilayah
ini biasanya terdapat pohon dengan habitus mulai yang rendah sampai dengan
pohon berhabitus yang tinggi. Misalkan pohon jati, pohon mangga, pohon kelapa,
pohon angsana dll. Wilayah pengamatan dilakukan di bekonang pada pukul
16.00-17.00 WIB dimana terdapat burung cici padi dan burung gelatik. Wilayah
pengamatan selanjutnya adalah didaerah tebon, baki,pandean dan gemolong pada
pukul 15.00-17.00 WIB. Dimana didaerah tersebut terdapat burung emprit gantil,
burung perenjak, burung sriti, burung puyuh, burung cici padi, burung gagak
jawa, burung ayam dan burung merpati.
Wilayah didaerah terminal. Pengamatan dilakukan
di terminal di tirtonadi. Pengematan dilakukan pada pukul 09.00 WIB. Wilayah
ini memiliki vegetasi pepohonan yang jumlahnya sangat sedikit. Pepohonan yang
ada disekitar terminal tirtonadi adalah pohon angsana dan pohon palm.
Keberadaan diterminal didominasi dengan tingkat keramaian yang disebabkan oleh
aktifitas manusia. Diwilayah ini diketemukan jenis burung merpati, pohon wallet
sapi, pohon gereja, pohon emprit bondol dan dederuk jawa.
Keberadaan burung di lingkungan sangat
ditentukan oleh komposisi vegetasi pendukung burung tersebut untuk hidup.
Karena di suatu habitat yang terdapat komposisi vegetasi yang beragam akan
menyediakan jumlah makan yang berlimpah pula. Selain itu komposisi vegetasi
yang berlimpah akan membuat burung tersebut dapat nyaman untuk tinggal dan
bereproduksi untuk melangsung jumlah dan generasinya. Komposisi vegetasi juga
akan memperangaruhi jenis burung suatu daerah. Jadi apabila komposisi vegetasi
berubah,maka jumlah burung dan jenis burungnya juga berubah. Perubahan
komposisi vegetasi dapat disebabkan oleh adanya pembangunan perumahan,
aktifitas manusia, kerusakan lingkungan yang disebabkan pembangunan yang tidak
berdasarkan konsep dan prinsip ekologi. Akan tetapi saat
ini populasi burung cenderung menurun. Keadaan tersebut merupakan hasil
langsung dari dampak antropogenik, seperti pembakaran hutan dan padang rumput,
perladangan berpindah, perburuan dan perdagangan burung (bird traffict). Akibat penurunan kualitas, modifikasi dan hilangnya
habitat merupakan ancaman yang berarti bagi jenis-jenis burung. Jadi setiap tempat yang diamati memiliki
jenis, jumlah dan bentuk burung yang berbeda, tergantung jumlah kerusakan
akibat kegiatan manusia.
G. Kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan
makan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Keanekaragaman
burung di wilayah persawahan meliputi burung pipt, burung pentet, burung gereja
dan burung wallet.
2.
Keanekaragaman
burung di wilayah ternaungi oleh pohon
dilakukan pengamatan pada wilayah sekitar keraton solo yaitu alun-alun utara
dan keraton siti inggil antara lain jenis burung sriti, burung gereja, burung
emprit erasia dan burung bondol jawa.
3.
Keanekaragaman
burung di wilayah dijalan perkotaan dekat dengan keramaian (Jl.Ir Sutami (depan
UNS)) antara lain jenis burung yang dominan adalah burung emprit, burung
kutilang, burung sriti, burung gereja erasia.
4.
Keanekaragaman
burung di wilayah perumahan yaitu perumahan ngoresan, jebres meliputi Burung Walet Sapi, Burung Gereja, Burung Merpati, Burung Emprit, Burung
Kuntul Jawa, Burung
Kutilang.
5.
Keanekaragaman
burung di wilayah ditaman kota yaitu wilayah taman balekambang. Komposisi jenis
burung yang didaerah ini sangat beragam, karena kondisi habitatnya masih sangat
terawat. Yaitu burung merpati, burung ayam, burung kalkun, burung gereja
erasia, burung kutilang, burung angsa, burung sriti, burung merbah, burung
kacamata, burung prenjak jawa, burung jawa, burung pelatuk dan burung cage.
Sedangkan burung yang berada dipenangkaran antara lain adalah burung kaswari,
burung kakak tua, burung elang bondol, burung rangkong badak, burung beo,
burung strom, burung elang madu, burung paruh bengkok, burung merak, ayam
golden phase dan parkit.
6.
Keanekaragaman
burung di wilayah pedesaan yang masih asri vegetasinya dan memiliki banyak
pepohonan yaitu bekonang, didaerah tebon, baki,pandean dan gemolong. Komposisi
jenis burung diwilayah ini yaitu burung emprit gantil, burung perenjak, burung
sriti, burung puyuh, burung cici padi, burung gagak jawa, burung ayam dan
burung merpati.
7.
Keanekaragaman
burung di wilayah banyak polusi udara yaitu Pengamatan dilakukan di terminal di
tirtonadi. Komposisi burung yang ada diwilayah ini antara lain burung merpati,
pohon wallet sapi, pohon gereja, pohon emprit bondol dan dederuk jawa.
H.
Referensi.
Arumsari, R.1989.Komunitas Burung Pada Berbagai
Habitat Di Kampus UI Depok.
Jakarta:Skripsi Sarjana Fakultas MIPA..
Basuni, S.1988.
Studi Relung Ekologi Tiga
Jenis Burung Srangengeng (Famili
Nectariniidae)
Di Hutan Gunung Walet, Sukabumi. Bogor.Fakultas Pasca
Sarjana IPB.
Hernowo, JB.1985. Studi
Pengaruh Tanaman Pekarangan Terhadap Keanekaragaman
Jenis Burung Daerah Pemukiman Penduduk
Perkampungan Di Wilayah
Tingkat II Bogor.Bogor: Skripsi Sarjana Fakultas
Kehutanan IPB.
.
Lack , D.2003.Ecological isolation in birds. Blackwell
Scientific Publication.
Oxford
and
Edinburg.
Paeman,
PB. 2002. The Scale of Community Structure:
Habitat Varition and Avian
Guilds
in The Tropical Forest.
Ecological Monographs 72: 19-39.
Rusmendro, H.2004.Materi Perkuliahan Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi
Universitas
Nasional.Jakarta.
Wiharyanto, A.1996. Pemanfaatan Tumbuhan Oleh Burung Liar Di Kebun Binatang
Ragunan,Jakarta. Skripsi Sarjana. Jakarta:Fakultas Biologi Universitas
Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar