PENDAHULUAN
I.1. Sejarah Proses
Cuka telah
dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh berbagai
bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari
pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan
asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abad
ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka
bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih
(timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau campuran dari
garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi
menghasilkan sapa , sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan
anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis
yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal
ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat
Romawi.
Pada abad
ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari cuka
melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari
distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas
Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial
yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak
perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli
kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda.
Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini
sebenarnya sama.
Pada 1847
kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat anorganik untuk
pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon disulfida
menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena
dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi
melalui elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910
kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat
menghasilkan asam asetat.
Sekarang
ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun
secara fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi
hanya mencapai sekitar 10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan.
Aturan menetapkan bahwa cuka yang
digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologiskarena lebih aman
bagi kesehatan.
Pembuatan asam asetat
sintesis dalam skala industri
lebih sering menggunakan metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam
pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis
kompleks Rhodium
(cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses
cativa menggunakan katalis iridium
([Ir(CO)2I2]−)yang didukung oleh ruthenium.
I.2. Spesifikasi
Bahan Baku
I.2.1. Methanol
Metanol,
jugadikenalsebagaimetilalkohol, wood alcoholatauspiritus, adalahsenyawakimiadenganrumuskimiaCH3OH.
Iamerupakanbentukalkohol
paling sederhana. Pada "keadaanatmosfer" iaberbentukcairan yang
ringan, mudahmenguap, tidakberwarna, mudahterbakar, danberacundenganbau yang
khas (berbaulebihringandaripadaetanol).
Metanoldigunakansebagaibahanbaku pembuatan asam asetat dengan metode karbonilasi methanol.
Metanoldiproduksisecaraalamiolehmetabolismeanaerobikolehbakteri.Hasil proses
tersebutadalahuapmetanol (dalamjumlahkecil) di udara. Setelahbeberapahari,
uapmetanoltersebutakanteroksidasiolehoksigendenganbantuansinarmataharimenjadikarbondioksidadanair.
Methanol
|
|
Methanol
|
|
Nama lain
hydroxymethane
methyl alcohol methyl hydrate wood alcohol carbinol |
|
Sifat
|
|
CH3OH
|
|
32.04
g/mol
|
|
Penampilan
|
colorless
liquid
|
0.7918
g/cm³, liquid
|
|
–97 °C, -142.9 °F (176 K)
|
|
64.7 °C, 148.4 °F (337.8
K)
|
|
Keasaman (pKa)
|
~ 15.5
|
Bahaya
|
|
Flammable
(F)
Toxic (T) |
|
11 °C
|
|
I.2.2. Iodida
Peran iodida adalah hanya untuk
mempromosikan konversi methanol menjadi metil iodide:
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.gif)
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke
reaktor katalis. Siklus katalitik dimulai dengan penambahan
oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-
Rhodium
(cis−[Rh(CO)2I2]−) berperan sebagai
katalis dalam proses pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis
ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi produk yang
baik.Struktur katalis kompleksRhodium
(cis−[Rh(CO)2I2]−) dapat dilihat seperti gambar berikut:
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.jpg)
Iridium
([Ir(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam
proses pembuatan asam asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium
memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi.Struktur katalis kompleksIr[(CO)2I2]– dapat dilihat seperti gambar berikut:
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image013.jpg)
I.3. Spesifikasi Produk
Asamasetat yang jelas, cairantakberwarnadenganrumuskimia C2H4O2.Memilikititikleleh
62,06°F (16.7°C) danmendidihpada 244,4°F (118°C), kerapatan 1,049g/mL pada 25oC dan flash
point 390C. Dalam konsentrasi tinggi,asam asetat bersifat korosif, memiliki bau tajam
dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Atom hidrogen (H) pada guguskarboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion
H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam
asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah
larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat dideteksi pada uapbersuhu 120°C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di
dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat
murni Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi
disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.
Asam asetat
bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam
asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan
suatu basa. Contohnya adalah soda kue (Natrium
bikarbonat) bereaksi
dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Contoh
reaksi pembentukan garam asetat:
Asam asetat
mengalami reaksi-reaksiasam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila bereaksi
dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan
logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi
dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari
asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan
asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi
nukleofilik.
Nama sistematis : Asam etanoat, Asam asetat
Nama alternatif : Asam
metanakarboksilat
Asetil hidroksida : (AcOH)
Hidrogen asetat : (HAc) Asam cuka
Rumus molekul : CH3COOH
Massa
molar : 60.05 g/mol
Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan 1.266
g cm−3, padatan
Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)
Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)
Penampilan : Cairan tak berwarna atau kristal
Keasaman (pKa) : 4.76
pada 25°C
I.4. Kegunaan Asam Asetat
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia
untuk menghasilkan berbagai senyawa
kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan
untuk memproduksi monomervinil
asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida
asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif
kecil.
RANCANGAN PROSES
II.1. Reaksi / mekanisme
reaksi
Teknologi pembuatan asam asetat mungkin yang paling beragam
dari pembuatan semua bahan kimia organik industri. Ada beberapa teknik yang
digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol,
sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana,
oksidatif fermentasi, dan anaerob fermentasi. Karbonilisasi methanol merupakan
teknik yang umum digunakan dalam industri asam asetat dan menjadi teknik
penghasil asam asetat lebih dari 65% dari kapasitas global. Dari asam asetat yang
diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol.
Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.
1. Karbonilisasi methanol
Kebanyakanasamasetatmurnidihasilkanmelaluikarbonilasi.Dalam reaksi ini, metanol dan karbon
monoksida bereaksi
menghasilkan asam asetat
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga
tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(3)
CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dengan
metode karbonilisasi methanol
yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis
kompleks Rhodium
(cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses
cativa menggunakan katalis iridium
([Ir(CO)2I2]−)yang didukung oleh ruthenium.
II.2.Kondisi
OperasiProses Monsanto
Metode
ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada
tekanan yang rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode
ini ialah methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas
COmenghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam
asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan katalis iodinepromotedkobalt, namun kurang
efektif dalam hal biaya
karena katalis ini bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2.
Sedangkan katalis rhodium bekerja pada
tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam
asetat sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromotedkobalt hanya sekitar 90 %
saja. Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap,
1. Siklus
katalitik konversi metanol menjadi metiliodida
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.gif)
2.
Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8
segi empat planar) ke dalam metil iodida menghasilkan struktur baru koordinat 6
alkil rhodium (III) kompleks (d6).CH3I + [Rh-kompleks]
MekanismeReaksiKatalis
Katalis Carbonylation terdiri daridua komponen utama yaitu
rhodium kompleks yang larutdan
iodida promotor. Hampir setiap sumber Rh dan I- akan bekerja
dalam reaksi ini karena akan dikonversi menjadi katalis [Rh (CO)2I2]-
di bawah kondisi reaksi. Struktur katalis [Rh(CO)2I2]-
dapat dilihat seperti gambar berikut.
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.jpg)
Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi
dan distribusi produk yang baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image016.jpg)
Proses yang terjadi ialah; pertama
methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI. Peran
iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi metil iodide:
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.gif)
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke
reaktor katalis. Siklus katalitik dimulai dengan penambahan
oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2). Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3
membentuk kompleks seperti pada gambar 3. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO
berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil
kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium
(III) (Gambar 4). Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4
maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks ini
kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium yang
terpisah.Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan
tekanan 30 atm- 60 atm. Asetil iodida
yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan CH3COOH
dan HI.
![iodiderecycle](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image018.gif)
Dimana HI yang
terbentukdapatdigunakanlagiuntukmengkonversi methanol menjadiMeI yang
akanmasukdalam proses reaksidanmelanjutkan siklus.Sedangkanasamasetat yang dihasilkanmasukdalamtangkipemurinianuntukdipisahkandaripengotor
yang mungkinadasepertiasam propionate.Pemurnian dilakukan dengan cara destilasi. Mekanisme reaksinya dapat
dilihat pada gambar berikut:
![Monsantocycle](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image020.jpg)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image022.jpg)
Gambar 5 The
major unit comprising a commercial-scale Monsanto methanol operating plant,
which uses a rhodium-based catalyst
II.3.
KondisiOperasiProses Cativa
Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat
oleh carbonylation
dari metanol
. Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto
hanya berbeda dalam penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium
yang mengandung katalis
seperti kompleksIr[(CO)2I2]–. Proses
ini pertama kali dikembangkan oleh BP Chemicals dan
lisensi oleh BP Plc. Pada awalnya
kajian Monsanto telah menunjukkan bahwa iridium
kurang aktif dari rhodium untuk proses
carbonylation
metanol. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa katalis iridium bisa
dipromosikan dengan bantuan ruthenium. Kombinasi ini menghasilkan sebuah
katalis yang lebih unggul daripada sistem berbasis rhodium.Penggunaan iridium
memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan demikian dapat mengurangi
jumlah kolom pengeringan yang
diperlukan,
mengurangi produk samping
dan menekan gas air reaksi bergeser.
Selain itu, proses ini memungkinkan
loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses Monsanto, proses
Cativa menghasilkan asam propionat
sangat kecil dalam produk.
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image023.jpg)
Proses reaksi
dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
![400px-Cativa-process-catalytic-cyclek](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image025.gif)
Pertama
methanol direaksikandenganasam iodide menghasilkanMetilIodida.Setelahitu, metal
iodidamasukdalamtangkireaktorbereaksisengankataliskompleks iridium (gambar 1)membentuk
[Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2),
setelahterbentukstrukturinidengancepatdireaksikandengan gas CO sehingga I-akankeluardarikompleksdigantikan
CO sehinggaterbentukkompleksbaru [Ir(CO)3I](gambar 3),
struktuirinikurangstabilsehinggauntukmenstabilkan CO di mutasiberikatandengan
CH3 (gambar 4). Gugus CH3CO padakompleksmudahlepas,
sehinggadenganadanya ion I- di sekitarkompleksmenyebabkangugus CH3CO
lepasdarikompleksdanbereaksidengan I-membentuk CH3COI.Senyawa
CH3COI inikemudiandihidrolisismenghasilkanasamasetat (CH3COOH)
danasamhalida (HI).Dimana HI yang
terbentukiniditariklagimasukdalamsiklusbereaksidengan methanol
membentukMetilIodida yang akanbereaksilagidengankatalis.Asamasetat yang
terbentukbelummurni.Untukmemisahkanasamasetatdaripengotormakadilakukandestilasi.Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan
proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image027.jpg)
II.4. Tinjauan
Thermodinamika dan Kinetika dari proses produksi asam asetat dengan metode Monsato dan
metode Cativa:
1) Tinjauan Thermodinamika:
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image029.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image031.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image033.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image035.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image037.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image039.gif)
o Karena
bernilai negatif, maka dapat diketahui reaksi
bersifat eksotermis.
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image041.gif)
o Sesuai
dengan tinjauan Thermodinamika, padareaksieksotermisjika
tekanan diperkecil maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan (koefisien besar).
Oleh karena itu tekanan harus diperbesar agar reaksi berjalan ke kanan.
o Jika
suhu dinaikkan maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan, oleh karena itu suhu
operasi harus diturunkan agar reaksi berjalan ke arah produk.
2) Tinjauan Kinetika:
Sesuai dengan
hukum Arrhenius:
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image043.gif)
k =
konstanta kecepatan reaksi
A = frekuensi faktor tumbukan
E = energi aktivasi dari reaksi
R = konstanta gas ideal
= 1.98 cal/gm-mol.oK
= 1.98 Btu/lb-mol.oR
= 82.06 cm3.atm/gm-mol.oK
T = suhu reaksi
· Sesuai
hukum Arrhenius maka semakin tinggi suhu operasi maka semakin besar nilai
konstanta kecepatan reaksi
· Semakin
besar nilai konstanta kecepatan reaksi, maka semakin cepat laju reaksinya
sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image045.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image047.gif)
· Sesuai
dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan maka
semakin cepat laju reaksi pembentukan produk.
a. Pemilihan
Reaktor :
· Jika
jenis reaktor yang dipilih Batch
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image049.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image051.gif)
o Semakin
besar volume reaktan dalam reaktor maka semakin kecil laju kecepatan reaksi
pembentukan produk. Secara molekular semakin besar volume reaktan dalam reaktor
maka jarak antar molekul satu dengan yang lain akan semakin jauh sehingga
frekuensi tumbukan antar reaktan akan semakin kecil.
·
Jika jenis reaktor yang dipilih Continue
stirred tank reactor (CSTR)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image052.gif)
Overall
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image054.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image056.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image058.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image060.gif)
Neraca Komponen
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image054.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image062.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image064.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image066.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image068.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image070.gif)
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image072.gif)
o
Dari
persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar volume reaktor maka laju
pembentukan produk akan semakin kecil. Namun penggunaan reaktor CSTR lebih
efektif daripada reaktor batch, karena pada reaktor CSTR produk akan secara
kontinyu dihasilkan sehingga akan mengurangi waktu tinggal reaktan dalam
reaktor.
o
Waktu
tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi hasil produksi
suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang menguntungkan bagi suatu
industri.
PENUTUP
1. Kesimpulan
1.
Bahan
dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metodemonsato ialah methanol.
Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas COmenghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Katalis rhodium bekerja
pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2.
2. Proses Cativa adalah metode
lain untuk produksi asam asetat
oleh carbonylation
dari metanol
. Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto
hanya berbeda dalam penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium
yang mengandung katalis
seperti kompleksIr[(CO)2I2]–.
3. Reaksi pembuatan asam asetat adalah reaksi eksotermis karena
bernilai negatif.
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image041.gif)
4. Pada penggunaan reaktor batch dan kontinyu semakin besar
volume maka kecepatan reaksi pembentukan produknya akan semakin kecil.
5.
Penggunaan
reaktor CSTR lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada reaktor CSTR
produk akan secara kontinyu dihasilkan sehingga akan mengurangi waktu tinggal
reaktan dalam reaktor.
6.
Waktu
tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi hasil produksi
suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang menguntungkan bagi suatu
industri.
2. Saran
1.
Proses
produksiasamasetatsebaiknyadilakukanpadatekananbesardansuhurendah.
2.
Industriasamasetatakanlebihbaikjikamenggunakan reactor
CSTR.
DaftarPustaka
Jones
Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid Iridium
Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process. BP Chemicals Ltd.,
Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12 8DS, U.K
Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene, or
Ethanol on Mo-V-Nb Oxide.Department of Chemical Engineering, University of
California, Berkeley, CA 94720, USA
Roth J. F.The Production of Acetic Acid Rhodium
CatalysedCarbonylationOf Methanol. Monsanto Co., St. Louis, Missouri
Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar