Jumat, 21 September 2012

Kematangan Gonad


ACARA 3 PRAKTIKUM IKHTIOLOGI
TINGKAT KEMATANGAN GONAD


Disusun oleh:
Nama   : Arif Ardwiantoro
NIM    : M 0409009




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012.

Tingkat Kematangan Gonad
A.    Tujuan :
1.      Dapat memahami dan menjelaskan kematangan gonad dan fekuenditas pada ikan.
B.     Dasar Teori.
Ø  Reproduksi gonad
Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan populasinya. Setiap spesies ikan mempunyai strategi reproduksi yang tersendiri sehingga dapat melakukan reproduksinya dengan sukses.
Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi. Sistem reproduksi terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya (Hoar & Randall, 1983). Sementara beberapa kelenjar endokrin mempunyai peranan dalam mengatur sistem reproduksi. Pada kelempok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak. Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Pada ovarium terdapat oosit pada berbagai stadia tergantung pada tipe reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983). Menurut Harder (1975) tipe reproduksi dibagi menjadi a) tipe sinkronisasi total dimana oosit berkembang pada stadia yang sama. Tipe ini biasanya terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun; b) tipe sinkronisasi kelompok dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, di samping itu ada oosit yang sangat kecil tanpa kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi dimana ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia oosit.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah (Sutisna, 1995). Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993).
Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormone Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan. Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995).
Faktor lingkungan merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, mata dan hidung. Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui reseptor yang terdapat pada masing-masing organ sensori. Selanjutnya melalui ujung-ujung saraf akan diteruskan ke hipotalamus untuk mengeluarkan Gonadotropik releasing Hormon (GnRH) yang dapat merangsang kelenjar hipofisa anterior untuk memproduksi hormone Gonadotropik (GtH). Hormon Gonadotropic ini melalui aliran darah akan menuju ke gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhan gonad yang selain mendorong pertumbuhan oosit juga untuk memproduksi hormone steroid yang merupakan mediator langsung untuk pemijahan.

Ø Tingkat Perkembangan Gonad

Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian pada pengamatan reproduksi ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi yang mencirikan tahap stadianya. Pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pertambahan pada jantan sebesar 5-10%. Pencatatan perubahan kematangan gonad dapat digunakan untuk mengetahui bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu i) cara histologi yang dilakukan di laboratorium, ii) pengamatan morfologi yang dilakukan di laboratorium dan dapat pula di lapangan. Pengamatan secara histology akan dapat diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan pengamatan morfologi tidak sedetail histologi namun cara ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat.

Kesteven membagi tingkat kematangan gonad dalam beberapa tahap yaitu:

1.      Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung, testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2.      Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
3.      Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
4.      Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah.
5.      Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih, keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari telur ini jernih dan masak.
6.      Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan telur berwarna jerinih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.
7.      Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat telur.
8.      Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9.      Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah. (Begenel & Braum (1968) dalam Effendie, 1997).
Sedangkan pengamatan tingkat kematang gonad menurut Nikolsky (Bagenal & Braum (1968) dalam Effendie, 1997) yaitu :
1.      Tidak Masak. Individu masih belum berhasrat mengadakan reproduksi. Ukuran gonad kecil.
2.      Masa Istirahat. Produk seksual belum berkembang. Gonad berukurankecil, telur tidak dapat dibedakan oleh mata.
3.      Hampir Masak. Telur dapat dibedakan oleh mata. Testes berubah dari transparan menjadi warros/kemerah-merahan.
4.      Masak. Produk seksual masak, mencapai berat maksimum tetapi produk tersebut belum keluar bila diberi sedikit tekanan pada perut.
5.      Reproduksi. Produk seksual akan menonjol keluar dari lubang pelepasa bila perut sedikit ditekan. Berat gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai pemijahan selesai.
6.      Keadaan Salin. Produl seksual telah dikeluarkan, lubang genitak berwarna kemerahan. Gonad mengempis, ovarium berisi beberapa telur sisa. Testis juga berisi sperma sisa.
7.     Masa Istirahat. Produk seksual telah dikeluarkan, warna kemerah-merahan pada lubang genital telah pulih. Gonad kecil dan telur belum terlihat oleh mata.

Berdasarkan morfologi ovarium serta ukuran oosit, Dadzie & Wangila (1980) mengklasifikasikan tingkat kematangan ovarium pada ikan nila sebagai berikut :
1.      Tingkat 1. Bentuk ovarium kecil, warnanya putih transparan, oogonia dan oosit muda hanya dapat terlihat dengan menggunakan mikroskop.
2.      Tingkat 2. Ovarium kecil dan berwarna kuning terang, oosit dapat terlihat dengan mata telanjang. Pengamatan secara histologis memperlihatkan ovarium terdiri dari oogonia dan oosit muda, namun belum terbentuk kuning telur.
3.      Tingkat 3. Ovarium mulai membesar, berwarna kuning gelap dan terdapat oosit yang mulai mengandung kuning telur.
4.      Tingkat 4. Ovarium besar, berwarna coklat, secara makroskopis oosit mudah dibedakan dan dipisahkan (oosit siap diovulasikan).
5.      Tingat 5. Ovarium berwarna kuning terang, ukurannya menjadi berkurang karena telah dilepaskannya oosit yang matang. Ovarium berisi oogonia, oosit muda dan beberapa oosit berkuning telur serta banyak dijumpai folikel yang pecah.
Sedangkan menurut Merta, I.G.S et al., (1999) pengamatan tingkat kematangan gonad dapat dilihat secara visual menurut kategori : TKG I (immature), TKG II (developing virgin), TKG III (early maturing & maturing), TKG IV (early mature & mature),TKG V (spawned), TKG VI (spent).
Ø Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat perkembangan ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen (Effendie, 1979 dalam Hadiaty, 2000).

Gonadosomic Index (GSI) 0%
Bg = berat gonad (g) ; Bi = berat tubuh ikan (g)
Perbandingan lain yang dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks kematangan gonad adalah “Gonado Index“ (GI) oleh Batts (1972) dalam Effendie (1997) yaitu perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang ikan (mm), dengan menggunakan rumus

Gonade Index (GI) 8
Wg= berat gonad (g); L=panjang tubuh ikan (mm)
Harga 108 merupakan suatu faktor agar didapatkan nilai GI mendekati harga satuan sehingga mudah melihat dan mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi.
Kelas
Indeks Gonad
Keterangan
I
II
III
IV
V
Lebih kecil dari 1
1,0 sampai 5,0
5,0 sampai 10,0
10,0 sampai 20,0
Lebih dari 20,0
Gonad tidak matang
Gonad memasak
Gonad memasak
Gonad masak
Gonad masak


Namun demikian, nilai IKG saja tidak cukup memberikan informasi karakteristik aktivitas reproduksi. Pengamatan yang diperoleh dari gambaran histologis dari bentuk oosit dan ukuran oosit dapat memberikan informasi lebih jelas tentang tingkatan aktivitas reproduksi (Tyler et al., 1991).
Indeks Kematangan Gonad atau “Gonado somatic Index“ (GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya IKG dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad, sehingga akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam dn pola pemijahannya.
Penghitungan indeks kematangan gonad selain menggunakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, dapat juga dengan mengamati perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang 62 dikandung di dalamnya. Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut.

Ø Fekunditas
Estimasi fekunditas bertujuan untuk mengetahui jumlah telur pada berbagai jenis spesies ikan. Data fekunditas dapat digunakan didalam menghitung potensi reproduksi suatu populasi. Selain itu didalam budidaya pemijahan ikan, data tersebut bermanfaat didalam mempersiapkan jumlah induk ikan yang diperlukan untuk menjaga kestabilan jumlah populasi.
Secara umum fekunditas adalah jumlah telur dalam ovarium yang siap untuk dikeluarkan. Fekunditas sering diketahui didalam nilai total, mutlak atau individu dan relative. Fekunditas total menunjukan bahwa jumlah telur masak sebelum dikeluarkan induknya pada waktu pemijahan. Fekunditas relative adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan.  Pada satu kali musim pemijahan kadang tidak semua telur dapat dikeluarkan. Telur yang tengah mengalami perkembangan atau sudah matang dan tetapi ovary dan pada umumnya akan diserap kembali.
Fekunditas sering dikaitkan dengan panjang berat dan umur ikan. Pada ikan, fekunditas hampir proposional terhadap pangkat tiga dari tiga panjangnya. Tetapi dapat juga karena kelajuan demikian tinggi nilai fekunditasnya mencapai pangkat tujuh dan panjang ikanya. Apabila panjang ikan diplot terhadap fekunditas, kita akan mendapatkan persamaan sebagai berikut:
F=aLb  atau log F=log a+b log L
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam dunia perikanan. Fekunditas ikan merupakan aspek yang berhubungan dengan dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan stok rekruitmen (Bagenal, 1978 dalam effendi 1997). Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovarium ikan betina. Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Oleh karena itu ada faktor-  faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies tersebut di alam.
Ø Macam-macam fekunditas
Definisi fekunditas telah banyak dikemukakan. Namun, spesies-spesies ikan yang ada itu bermacammacam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi umum lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Misalnya definisi yang diberikan untuk ikan salmon (Onchorynchus sp.), ikan ini selama hidupnya hanya satu kali  memijah dan kemudian mati. Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas.
Interpretasi data fekunditas seringkali agak rumit yang disebabkan adanya beberapa faktor antara lain a) hubungan antara fekunditas dan fertilitas, b) fekunditas dari ikan yang memijah beberapa kali, c)fekunditas dari ikan vivipar dan “parental care“ atau pengasuhan oleh induk, d) hubungan antar fekunditas dan ukuran telur, e) hubungan antara kepadatan populasi dan fekunditas, dan f) pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap fekunditas, g) tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, h) waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Nikolsky (1969) selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula.
Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Namun apabila kondisi baik, telur yang kecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan hal ini maka perlu menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke-IV (menrut Nikolsky) dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Jadi fekunditas individu ini baik diterapkan pada ikan-ikan yang mengadakan pemijahan tahunan atau satu tahun sekali. Selanjutnya Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat menurut Bagenal (Gerking, 1967) lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky, 1969).

Lowe dalam Gerking (1975) menyatakan bahwa fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. Sehubungan dengan sifat ikan mujair yang mengerami anak-anaknya di dalam mulut, maka Bagenal (1978) mengusulkan istilah fekunditas untuk ikan mujair ini sebagai berikut :
1.      Ovarian fecundity“ yaitu jumlah telur matang yang ada dalam ovarium sebelum dikeluarkan dalam pemijahan.
2.      Brooding fecundity“ yaitu jumlah telur yang sedang dierami di dalam mulut.
Ikan yang termasuk ke dalam golongan vivipar, yaitu ikan yang melahirkan anak anaknya, mempunyai tiga macam fekunditas yaitu:
1.      Prefertilized fecundity“ yaitu jumlah telur di dalam ovarium sebelum terjadi pembuahan
2.      Fertilized fecundity” yaitu jumlah telur yang dibuahi di dalam ovarium
3.      Larval fecundity” ialah jumlah telur yang sudah menetas menjadi larva tetapi belum dikeluarkan.
Menurut Bagenal (1967), untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini relevan dalam studi populasi dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik.
Kaidah-kaidah dalam fekunditas yang dikemukakan oleh Nikolsky (1969) dalam Effendie 1997) sebagai berikut:
a.       Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun lagi, fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas mutlanya. Fekunditas relatif maksimum terjadi pada golongan ikan muda. Ikan-ikan tua kadang-kadang tidak memijah setiap tahun. Individu yang tumbuh dan masak lebih cepat mempunyai tendensi mati lebih dahulu.
b.      Fekunditas mutlak atau relatif sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau kelas umur yang jumlahnya banyak, terjadi untuk spesies yang mempunyai perbedaan makanan diantara kelompok umur.
c.       Pengaturan fekunditas terbanyak dalam berespon terhadap persediaan makanan berhubungan dengan telur yang dihasilkan oleh ikan yang cepat pertumbuhannya, lebih gemuk dan lebih besar. Mekanismenya berhubungan dengan pemasakan oosit dan pengisapan telur. Kenaikan fekunditas populasi dapat disebabkan oleh kematangan gonad yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat.
d.      Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad lebih awal serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan predator dalam jumlah besar.
e.       Perbedaan fekunditas diantara populasi spesies yang hidup pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda, bentuk migran fekunditasnya lebih besar.
f.       Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolisme yang mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan menghasilkan perubahan dalam pertumbuhan, seperti ukuran pada umur tertentu, ukuran dan jumlah telur atau jumlah siklus pemijahan dalam satu tahun.
g.      Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan makanan melalui kematangan gonad yang terjadi lebih awal, menambah kematangan individu pada individu yang lebih gemuk dan mengurangi antara siklus pemijahan.
h.      Kualitas telur terutama isi kuning telur bergantung kepada umur dan persediaan makanan dan dapat berbeda
C.     Alat dan Bahan
1.      Bahan.
Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) 2 ekor ( sebaiknya diambil langsung dari alam bebas/ bukan ikan  budidaya)
Ikan Mujaer()                    2 ekor ( sebaiknya diambil langsung dari alam bebas/ bukan ikan budidaya)

2.      Alat.
Mistar                    1 buah
Cawan Petri          1 buah
Mikroskop             1 buah
Pinset                    1 buah
Bak plastik            1 buah
Gunting                 1 buah
Skapel                   1 buah
Gelas arloji            1 buah
Pipet tetes             1 buah
Sendok                  1 buah

D.    Cara Kerja

1.      Kematangan gonad
a.       Disiapkan 4 buah ekor ikan (2 ikan nila dan 2 ikan mujaer) terlebih dahulu diletakan masing-masing di atas bak plastic kemudian  dimatikan terlebih dahulu dengan menusukan  bagian kepala (otak) dengan menggunakan skapel atau dengan dimasukan kedalam botol yang telah di isi dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan menggunakan eter atau kloroform.
b.      Setelah ikan mati segera ditimbang (dalam satuan gram) dan segera di ukur panjang total ikan tersebut (dalam satuan mm).
c.       Ikan diletakan di atas bak paselin kemudian dibedah . secara hati-hati, dipisahkan  gonad dengan organ yang lain. Kemudian kedua gonad dipotong pada pangkalnya.
d.      Diamati gonad tersebut dan dengan mengacu pada teori, kemudian di deskripsikan tingkat kematanganya.
e.       Dicatat hasil pengamatan didalam data pengamatan.
f.       Data penting didalam pengamatan adalah : nama spesies, ukur panjang total, berat, jenis kelamin dan kenampakan gonad.
2.      Estimasi Indeks Kematangan Gonad (IKG)
a.         Dipotong gonad yang masih menemel pada tubuh ikan.
b.         Diamati kematangan gonadny untuk kemudian diestimasi IKG nya. Dalam pengukuran IKG ini, sampel gonad harus masih dalam kondisi segar.
c.         Ditimbang gonad tersebut, kemudian diambil 1 mg untuk diamati dibawah mikroskop.
d.        Estimasi IKG diperkirakan dengan menggunakan rumus:
IKG = 8                       Wg= berat gonad (g); L=panjang tubuh ikan (mm)
Gonadosomic Index (GSI) 0%  Bg = berat gonad (g) ; Bi = berat tubuh ikan (g)
3.      Estimasi Fekunditas
Ø  Cara Pertama
Perhitungan ini menggunakan perhitungan secara langsung/manual.
a.         Diambil telur yang berada di dalam kantung gonad betina.
b.         Ditaruh telur diatas gelas arloji.
c.         Telur dihitung semuanya secara langsung/ secara manual.
Jumlah total telur (X)=

Ø  Cara kedua
Perhitungan ini dilakukan dengan sub sampling metode volumetrik.
a.         Disiapkan gonad yang tidak basah.
b.         Dimasukan telur kedalam gelas ukur dan dicatat volume pada gelas ukur (cc). volume telur (b-a)cc=V.
c.         Dikeluarkan telur dari gelas ukur kemudian dibiarkan kering.
d.        Kemudian diambil sedikit contoh telur.kemudian dilakukan perhitungan volume contoh tersebut dengan cara berikut hokum Archimedes.
e.         Kemudian dikeluarkan telur dari gelas ukur untuk selanjutnya diletakan diatas kertas serap agar kering. Dihitung jumlah telur. Jumlah telur dihitung dengan diberi kode n
  1. Hasil Praktikum
1.      Data Praktikum
a.       Kondisi ikan Nila ( Oreochromis niloticus )  sebelum diambil gonadnya
Lubang urogenital
b.      Kondisi ikan nila ( Oreochromis niloticus )  setelah di ambil gonadnya




c.       Kematangan gonad
Ikan
Ikan Nila
Ikan Mujaer
Parameter
Kel 1
Kel 2
Kel 3
Kel 4
Berat ikan (g)
400,9
420
498
460,7
Panjang ikan (cm)
26,5
26
27
27,5
Berat gonad (g)
3,9
3,9
3,9
3,9
Berat sampel (g)
1,2
0,9
1,1
0,9
Jumlah telur sampel
427
164
293
191

d.      Estimasi Indeks Kematangan Gonad (IKG)
IKG = 8
Wg= berat gonad (g); L=panjang tubuh ikan (mm)
Kelompok
Estimasi Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Keterangan
1
(20,96) Lebih dari 20,0
Gonad masak
2
(22,19) Lebih dari 20,0
Gonad masak
3
(19,81) 10,0 sampai 20,0
Gonad masak
4
(18,75) 10,0 sampai 20,0
Gonad masak

e.       Gonadosomatic Index (GSI)
Gonadosomic Index (GSI) 0%
Bg = berat gonad (g) ; Bi = berat tubuh ikan (g)
Kelompok
Berat gonad (Bg)
Berat tubuh ikan (Bi)
Gonadosomic Index (GSI)
1
3,9
400,9
1%
2
3,9
420
0,92%
3
3,9
498
0,78%
4
3,9
460
0,84%

f.       Estimasi Fekunditas
Jumlah total telur (X)=

Kelompok
Berat total telur (Bt)
Berat telur sampel (Bs)
Jumlah Total telur sampel
Jumlah total telur (X)
1
3,9
1,2
427
1388
2
3,9
0,9
164
711
3
3,9
1,1
293
1039
4
3,9
0,9
191
828
             
  1. Pembahasan.
Berdasarkan data pengamatan dan data perhitungan yang diperoleh maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1.      Apa fungsi gonad?
2.      Apa kaitan kematangan gonad dengan kesiapan ikan untuk melakukan kawin?
3.      Adakah hubungan antara ukuran tubuh dengan fekunditas?

Klasifikasi ikan Nila:

Filum       : Chordata
Kelas       : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo        : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili     : Cichlidae
Genus      : Oreochromis
Spesies    : Oreochromis niloticus
           
            Klasifikasi ikan Mujaer
Filum       : Chordata
Kelas       : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo        : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili     :
Genus      :
Spesies    :


  1. Kesimpulan.
.
  1. Referensi

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Hadiaty, R.K. 2000. Beberapa Catatan Tentang Aspek Pertumbuhan, Makan dan reproduksi Ikan Nilem Paitan (Osteochilus jeruk Hadiaty & Siebert, 1998). Berita Biologi 2: 151-156.
Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second Edition. Prentice Hall, New Jersey.
Merta, S.I.G., Suwarso, Wasilun, K. Wargiyo, E.S. Girsang & Suprapto. 1999. Status Populasi dan Bioekologi Ikan Terubuk Tenualosa macrura (Clupeidae) di Propinsi Riau. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Vol. V, 3: 15-28.
Rahayu, S.E. 2000. Pengaruh Stimuli Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Jantan Terhadap perkembangan Ovarium Melalui Indera Sensori (Mata, Hidung dan Kulit). Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
Zairin, M. Jr., K. Sumantadinata, & H. Arfah. 1996. Perkembangan Gonad Ikan Balashark (Balantiochelius melanopterus Blkr.) di dalam Wadah Budidaya. Biosfera 5: 46 – 55.

Tidak ada komentar: