Jumat, 21 September 2012

Ekologi Pariwisata


LAPORAN PRAKTIKUM
KAJIAN EKOLOGI PARIWISATA MUSEUM KARST INDONESIA,
GOA GONG DAN PANTAI TELENG RIA
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Praktikum
Mata kuliah Ekologi Pariwisata
Logo bagus.jpg
Disusun oleh:
Arif Ardwiantoro                  M0409009

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012








BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Obyek wisata merupakan penghasil devisa non-migas yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Obyek wisata yang paling berkembang adalah obyek wisata yang menonjolkan keindahan alam, seni dan budaya. Obyek wisata ini oleh Pemerintah telah diakui sebagai penghasil devisa terbesar dari sektor non-migas. Mengingat keindahan alam menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan, potensi ini menarik untuk digarap (Pamulardi, 2006).
Di era otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang luas dalam mengkreasi dan lebih inovatif dalam kegiatan pembangunan di daerahnya. Seiring dengan hal tersebut, daerah berusaha untuk mengembangkan potensi sumber daya daerah untuk kepentingan pembangunan ekonomi di daerahnya. Sumber daya daerah yang didalamnya termasuk potensi sumber daya pariwisata merupakan salah satu modal dasar pembangunan daerah, karena itu pemanfaatannya harus direncanakan dan dilaksanakan, serta dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang dengan memperhatikan sistem pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Anonim1, 2009).
Kabupaten Wonogiri dan Pacitan merupakan daerah yang memiliki kondisi geografis berupa daerah berbatu kapur serta terdapat banyak goa dan pantai. Keberadaan berbatu, goa serta pantai memiliki potensi untuk dikembangkan dari segi wisata.
Kawasan karst di Wonogiri dan Pacitan memiiki ciri khas banyak memiliki gua-gua berstalaktit dan stalakmit yang menarik. Keberadaan gua-gua ini menyimpan kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan. Selanjutnya cerita ini berkembang di masyarakat dan menjadi sumber sejarah. Cerita rakyat ini sangat menarik untuk digali sebagai bahan pendidikan dan penanaman nilai-nilai positif bagi generasi penerus. Sehingga Keberadaan Museum Karst Indonesia di Pracimantoro serta Goa Gong Pacitan dapat memberikan edukasi tentang kars di Indonesia. Objek wisata alam lain di Pacitan yaitu Pantai Teleng Ria yang menyajikan panorama pantai yang indah. Keberadaan dari ketiga objek wisata ini menarik untuk dikaji dari segi ekologi.
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah :
  1. Bagaimana kajian ekologi dalam bidang pariwisata pada Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria?
  2. Permasalahan apa saja yang terdapat di Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria yang dapat menjadi hambatan dalam pengembangan sebagai obyek wisata berbasis ekologi?
  3. Bagaimana upaya penanganan permasalahan yang ada sehingga pengembangan Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai objek ekowisata berbasis ekologi lebih optimal?
  4. Bagaimanakah analisis SWOT dari Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria terhadap perkembangan ekopariwisata ?
  1. Tujuan
  1. Melakukan kajian ekologi dalam bidang pariwisata pada Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria.
  2. Memahami permasalahan di Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria yang berhubungan pengelolaan pariwisata.
  3. Dapat menemukan upaya penanganan masalah yang ada sehingga pengembangan Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai objek ekowisata lebih optimal.
4.      Memahami hasil analisis SWOT Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai tempat ekopariwisata.
  1. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktikum ini adalah:
  1. Bagi pembaca atau masyarakat umum: menambah informasi seputar objek wisata Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sehingga dapat dijadikan tujuan utama berwisata.
  2. Bagi pihak pengelola atau pemerintah setempat: dapat mengetahui potensi yang dimiliki Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria serta memahami permasalahan yang ada sehingga dapat dilakukan upaya pengembangan secara optimal dan menyeluruh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
·         Pariwisata dan Ekowisata
Kodyat (1983) menyatakan bahwa pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.
Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan bahwa usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara (Yoeti, 2002).
Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secar profesional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan (Nugroho, 2006). Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA) (Heidi, 2001).
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menarik perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sebagai salah satu isu utama dalam kehidupan manusia, baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Hal ini akan terus berlangsung, terutama didorong oleh dua aspek, yaitu: (1) ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam dan lingkungannya makin tinggi, (2) keberpihakan masyarakat kepada lingkungan makin meningkat. Kondisi ini telah mendorong lahirnya berbagai kebijakan yang mengharuskan berbagai komponen untuk secara bersama-sama melakukan berbagai perlindungan terhadap sumber daya dan lingkungan dalam bentuk kerjasama yang integratif.
·         Museum Karst Indonesia Pracimantoro
Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan (Worosuprojo, 2010). Museum Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km timur Kota Wonosari dan 60 km barat Pacitan. Kawasan karstt di Wonogiri dinilai memilik keistimewaan tersendiri, yakni karstnya ada di permukaan dan ada yang di dalam. Sehingga kawasan Karst ini layak untuk dilengkapi dengan museum. Museum yang dibangun di Pracimantoro Wonogiri ini menggambarkan khasanah karst dengan keunikan goa-goa di Pracimantoro. Di dalam bangunan museum ini tersimpan banyak koleksi atau benda dan informasi yang berhubungan dengan karst.
·         Goa Gong Pacitan
Merupakan salah satu goa yang terletak di Kabupaten pacitan, tepatnya tepatnya di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 Km kearah barat Kota Pacitan. Goa ini dikelilingi oleh sederetan dunung diantaranya Gunung Manyar di sebelah utara, Gunung Gede di sebelah timur, Gunung Karang Pulut di sebelah selatan serta Gunung Gugrah di sebelah barat. Gua ini merupakan gua horizontal dengan panjang sekitar 256 meter. Goa gong memiliki stalaktit dan stalagmit yang beranekaragam bentuknya. Salah satu penunjang Goa Gong adalah adanya tetesan air pada langit-langit goa. Dari tetesan air inilah terbentuk stalaktit dan stalagmit di dalam goa (Harris & Levey, 1975). Selain itu, Goa Gong juga terdapat batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun. Menurut beberapa peneliti dan wisatawan mancanegara, gua ini merupakan gua dengan stalaktit dan stalagmit yang paling indah di Asia Tenggara.
·         Pantai Teleng Ria Pacitan
Pantai Teleng Ria terletak berjarak 3,5 km dari pusat kota Pacitan. Pantai meiliki panjang pasir putih sekitar 3 km. Pantai Teleng Ria Memiliki pasir putih dan panorama yang indah serta Pantai yang dikelilingi oleh gunung limo. Berbagai fasilitas pendukung yang disediakan di Pantai Teleng Ria antara lain ada: Watch Tower, kolam renang, taman bermain, sebuah panggung untuk acara budaya untuk Bonggo Budoyo dan area berkemah, daerah penangkapan, hotel, dan tempat makan dengan menu makanan tradisional Pacitan.Pantai Teleng Ria ini juga dijadikankan untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga pengunjung dapat membeli ikan segar yang baru di tangkap oleh para nelayan (Anonim2, 2011).
·         Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 1997).



BAB III
METODE PENELITIAN
  1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juni 2012. terdapat tiga lokasi pada praktikum ini yaitu: Museum Karst Indonesia di Pracimantoro, Wonogiri; Goa Gong Pacitan dan Pantai Teleng Ria Pacitan.
  1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: alat tulis yang meliputi bolpoin, kertas, papan jalan, kuosioner serta alat dokumentasi berupa kamera.
  1. Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode kuosioner. Responden diberi lembar kuosioner dan menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan dalam kuosioner.
Pada Museum Karst Indonesia di Pracimantoro, terdapat 9 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari pengelola Museum Karst Indonesia (Ibu Nining), 3 responden dari masyarakat sekitar lokasi Museum Karst Indonesia (Ibu Ngatiani, Bapak Slamet dan Bapak Ardhianu Setiawan) serta 5 responden berasal dari pengunjung Museum Karst Indonesia (Bapak Ijuk, Ari Winanto, Cellin, Suratno dan Sri Sutati).
Pada Goa  Gong Pacitan, terdapat 9 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari pengelola Goa Gong Pacitan (Bapak Suyitno), 3 responden dari masyarakat sekitar lokasi Goa Gong Pacitan (Ibu Parni, Ibu Satiyem dan Ibu Surasmi) serta 5 responden berasal dari pengunjung Goa  Gong Pacitan (Endang, Sumiyati, Ratna, Harti dan Martinah).
Pada Pantai Teleng Ria Pacitan, terdapat 8 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari pengelola Pantai Teleng Ria Pacitan (Bapak Rimbono), 2 responden dari masyarakat sekitar lokasi Pantai Teleng Ria Pacitan (Ibu Musyarofah dan Bapak Budi) serta 5 responden berasal dari pengunjung Pantai Teleng Ria Pacitan (Ambar, Heni, Agus Susanto, Joko dan Dewi).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1.      Museum Karst Indonesia Pracimantoro, Wonogiri
a        Kuosioner tentang pengelolaan museum
·         Yang menjadi pengelola utama kawasan objek wisata Museum Karst Indonesia adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·         Terkait pengelolaan wisata Museum Karst Indonesia, menurut pihak pengelola setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·         Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Museum Karst Indonesia sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karst Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata.
·         Permasalahan lingkungan yang ditemui di kawasan Museum Karst Indonesia yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi. Selain itu juga penyediaan tempat sampah yang kurang memadai.
b        Kuosioner untuk masyarakat sekitar museum
·         Mata pencaharian utama dari masyarakat di sekitar museum  yaitu sebagai penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu bakar serta petani.
·         Dengan adanya Museum Karst Indonesia, masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta penginapan.
·         Peran serta masyarakat sekitar terhadap pengelolaan Museum Karst Indonesia adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai tenaga office boy, secuirity serta karyawan.
·         Harapan masyarakat dengan keberadaan Museum Karst Indonesia adalah pengunjung semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan, serta  dengan keberadaan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi pelajar serta masyarakat umum
·         Pesan untuk pengelola Museum Karst Indonesia atau Pemerintah Kabupaten Wonogiri terkait pengembangan Museum Karst Indonesia adalah adanya peningkatan mutu dan pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta peningkatan sarana dan prasarana.

c.       Tabel kuosioner terkait kepuasan pengunjung
Keterangan point pengamatan:

1.      wahana wisata yang disedikan              5.  tempat pembelian souvenir dan kuliner
2.      kebersihan area wisata                           6.  akesibilitas menuju tempat wisata
3.      area parkir                                               7.  panorama alam yang ada
4.      fasilitas (musholla, kamar mandi, dll.)

2.      Goa Gong Pacitan
a.      Kuosioner tentang pengelolaan goa
·         Yang menjadi pengelola utama kawasan objek wisata Goa Gong Pacitan adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·         Terkait pengelolaan wisata Goa Gong Pacitan, menurut pihak pengelola setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·         Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Goa Gong Pacitan sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karstt Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata.
·         Permasalahan lingkungan yang ditemui di kawasan Goa Gong Pacitan yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi.selain itu juga penyediaan tempat sampah yang kurang memadai.
b.      Kuosioner untuk masyarakat sekitar goa
·         Mata pencaharian utama dari masyarakat di sekitar Goa Gong Pacitan yaitu sebagai penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu bakar serta petani.
·         Dengan adanya Goa Gong Pacitan, masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta penginapan.
·         Peran serta masyarakat sekitar terhadap pengelolaan Goa Gong Pacitan adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai tenaga office boy, secuirity serta karyawan.
·         Harapan masyarakat dengan keberadaan Goa Gong Pacitan pengunjung semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan, serta  dengan keberadaan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi pelajar serta masyarakat umum
·         Pesan untuk pengelola Goa Gong Pacitan atau Pemerintah Kabupaten Pacitan terkait pengembangan Goa Gong Pacitan adalah adanya peningkatan mutu dan pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta peningkatan sarana dan prasarana.

c.       Tabel kuosioner terkait kepuasan pengunjung

Keterangan point pengamatan:

1.      wahana wisata yang disedikan            5.  tempat pembelian souvenir dan kuliner
2.      kebersihan area wisata                          6.  akesibilitas menuju tempat wisata
3.      area parkir                                             7.  panorama alam yang ada
4.      fasilitas (musholla, kamar mandi, dll.)


3        Pantai Teleng Ria Pacitan
a        Kuosioner tentang pengelolaan pantai
·         Yang menjadi pengelola utama kawasan objek wisata Pantai Teleng Ria adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·         Terkait pengelolaan wisata Pantai Teleng Ria, menurut pihak pengelola setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·         Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Pantai Teleng Ria sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karstt Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata.
·         Permasalahan lingkungan yang ditemui di kawasan Pantai Teleng Ria yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi.selain itu juga penyediaan tempat sampah yang kurang memadai.
b.      Kuosioner untuk masyarakat sekitar pantai
·         Mata pencaharian utama dari masyarakat di sekitar pantai yaitu sebagai penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu bakar serta petani.
·         Dengan adanya Pantai Teleng Ria Pacitan, masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta penginapan.
·         Peran serta masyarakat sekitar terhadap pengelolaan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai tenaga office boy, secuirity serta karyawan.
·         Harapan masyarakat dengan keberadaan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah pengunjung semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan, serta  dengan keberadaan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi pelajar serta masyarakat umum
·         Pesan untuk pengelola Pantai Teleng Ria Pacitan atau Pemerintah Kabupaten Pacitan terkait pengembangan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah adalah adanya peningkatan mutu dan pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta peningkatan sarana dan prasarana.

c.       Tabel kuosioner terkait kepuasan pengunjung

Keterangan point pengamatan:

1.      wahana wisata yang disedikan             5.  tempat pembelian souvenir dan kuliner
2.      kebersihan area wisata                          6.  akesibilitas menuju tempat wisata
3.      area parkir                                             7.  panorama alam yang ada
4.      fasilitas (musholla, kamar mandi, dll.)
B.     Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisis objek wisata Museum Karst Indonesia, Goa Gong serta Pantai Teleng Ria dengan analisis SWOT. Metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode kuosioner. Responden diberi lembar kuosioner dan menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan dalam kuosioner. Terdapat 3 kategori responden dalam praktikum ini yaitu dari pihak pengelola, masyarakat sekitar serta pihak pengunjung.
1.      Museum Karst Indonesia
Museum Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Museum ini berjarak 30 km dari Kota Wonosari dan 60 km dari Kota Pacitan.
Sejarah berdirinya Museum Karst Indonesia berawal pada tanggal 6 Desember 2004 di Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ketika Presiden Republik Indonesia  Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Kawasan Karst Gunung Sewu dan Gembong Selatan sebagai Kawasan Eco Karst. Selanjutnya pada akhir tahun 2005 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 16 tentang Kebijakan Pembangunan dan Kebudayaan dan Pariwisata, diantaranya menginstruksikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengembangkan kawasan karst sebagai daya tarik wisata. Berdasarkan hal tersebut pada tahun 2008 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah membuat kesepakatan bersama yang pada prinsipnya bersepakat untuk secara bersama-sama mewujudkan terbangunnya Museum Karst Indonesia.
Pada tanggal 2 Juli 2008 Museum Karst Indonesia dibangun dan diresmikan pada tanggal 30 Juni 2009 oleh Presiden Republik Indonesia di Sragen bersamaan dengan peresmian Technopark.Museum Karst Indonesia. Untuk pengembangan museum, dilakukan kerjasama antar empat instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Bentuk kerjasama dari para stakeholder ini adalah Departemen Energi Sumber Daya Mineral sebagai pemilik dari Museum Karst Indonesia, pengelolaan museum dibantu oleh Badan Geologi dari Museum Geologi Bandung. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertanggungjawab dalam penyediaan fasilitas di luar museum seperti jalan, masjid, pos penjagaan dan selter di belakang Museum. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Wonogiri sebagai penyedia tanah atau lahan.
Museum Karst Indonesia memiliki 3 lantai utama. Sebelum memasuki Museum Karst Indonesia, akan dijumpai halaman yang luas di depan gedung Museum Karst Indonesia, di sebelah kanan gedung terdapat menara pandang, mushola dan ruang pertemuan. Di sebelah kiri berjajar pedagang dan akses jalan menuju goa-goa disekitar Museum Karst. Pada lobi museum terdapat poster yang menggambarkan filososfi dari Hasta Brata yang berupa 8 wejangan yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang hidup di dunia agar memperoleh kesempurnaan budi. Hal ini merupakan filosofi yang berkembang di Masyarakat Jawa khususnya muatan lokal dari Kabupaten Wonogiri. Setelah melewati lobi, akan dijumpai denah isi museum pada kiri-kanan tangga serta ornamen bentukan replika stalaktit dan stalakmit.
Pada lantai 1 divisualisasikan panel poster dan koleksi dengan tema Karst Untuk Ilmu Pengetahuan “Karst for Science” yang didahului dengan panel poster mengenai kronologi pembangunan Museum Karst. Pada lantai dasar ditampilkan kondisi sosial budaya di kawasan karst dengan tema Karst Untuk Kehidupan ”Karst for Life“, disini akan dapat dilihat diorama karst, maket-maket kawasan karst, serta kehidupan sosial budaya masa lalu dan masa kini. Pada lantai atas merupakan ruangan serba guna dan dapat digunakan sebagai ruang rapat, presentasi dan pemuataran film yang dilengkapi dengan tata suara, proyektor dan layar.
Kawasan karst adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air di permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah. Permukaan tanah biasanya selalu gundul karena kurangnya kehidupan tumbuh-tumbuhan atau tanaman (vegetasi). Air yang merembes ke dalam rongga-rongga tanah membentuk stalaktit dan stalakmit di dalam lorong-lorong gua. Bahkan tak sedikit air mengalir menuju ke dalam gua dan membentuk aliran sungai bawah tanah. Batuan kapur berasal dari sisa-sisa rumah binatang kerang yang hidup di laut. Pada jutaan tahun yang lampau, daratan yang berbatu kapur telah mengalami pengangkatan dari dasar laut. Pada zaman es tersebut bentuk permukaan bumi mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh tenaga endogen (dari dalam bumi) dan tenaga eksogen (dari luar bumi). Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada zaman Neosen, sekitar 20 juta tahun yang lampau. Ketika air hujan melarutkan karbon dioksida dari udara maka akan terbentuk asam karbonat yang menyerang batu kapur. Asam itu mengukir permukaan membentuk selokan dan membentuk rongga di mana arus mengalir melalui batu kapur di bawah tanah. Proses itu memerlukan waktu ribuan tahun. Air yang merembes melalui batu kapur mengandung kalsium karbonat yang terlarut di dalamnya. Pada saat air menetes dari atap suatu rongga, kalsium karbonat mengendap dan membentuk batuan stalaktit yang tergantung menyerupai es di atas atap dan stalakmit yang berdiri seperti puncak menara kecil di bawahnya (Haikal,2007).
Untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari Museum Karst Indonesia, Goa Gong serta Pantai Teleng Ria dapat digunakan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisa data ini yaitu menjelaskan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman dari objek wisata yang bersangkutan.
1.      Strength (Kekuatan): Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan atau keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan yang hendak dilayani. Kekuatan merupakan suatu kompetensi yang berbeda (destintive competence) yang memberi perusahaan suatu keunggulan komparatif (comparative advantage). Kekuatan berkaitan dengan sumber daya, aksesibilitas, fasilitas, dan faktor-faktor lain.
Museum Karst Indonesia meiliki kekuatan ditinjau dari beberapa faktor yaitu:
·         Dari faktor alam, keunggulan yang dimiliki yaitu dari panorama karst yang indah. Kawasan karst juga memiliki banyak gua yang mewakili jenis-jenis gua di dunia, dimana museum karst dikelilingi oleh setidaknya 7 gua, diantaranya: Gua Merico, Gua Sonyo Ruri, Gua Bunder, Gua Gilap, Gua Sodong, dan Gua Tembus.
·         Dari segi edukasi, museum ini menyimpan kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan sehingga dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli memberikan hasil yang kaya. Disebut kaya karena hasil penelitian tersebut bukan hanya mengenai ilmu Geologi atau lingkungan saja, namun juga memberikan hasil penelitian mengenai sejarah masa lalu yang terjadi di kawasan tersebut yang menyangkut peradaban masyarakat indonesia khususnya jawa. Adanya Museum Karst Indonesia serta kawasan karst disekitarnya juga memungkinkan dilakukan riset-riset terkait karst yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
·         Dari faktor geografis, objek wisata Museum Karst Indonesia terbilang cukup strategis karena berada diantara jalur Yogyakarta, Jawa Tengah (Wonogiri) maupun Jawa Timur (Pacitan).
·         Dari segi fasilitas, sarana dan prasarana yang berada di Museum Karst Indonesia tebilang lengkap. Hal ini dapat dilihat dengan adanya menara pandang, panel poster, replika-replika karst, mushola, ruang pertemuan, ruang rapat dan presentasi, ruang pemuataran film yang dilengkapi dengan tata suara, proyektor dan layar, dan lain-lain
2. Weakness (Kelemahan): Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu usaha.
Adapun kelemahan dari Museum Karst Indonesia yaitu dari segi aksesibitas. Akses untuk menuju Museum Karst Indonesia terbilang sangat sulit. Hal ini dikarenakan tidak ada transportasi umum yang menuju ke lokasi museum, sehingga pengunjung yang ingin menuju museum harus menggunakan kendaraan pribadi atau travel. Aksesibitas ini terkait dengan kondisi jalan. Kondisi jalan menuju museum yang dapat dikatakan buruk (dengan kontur jalan yang tidak rata karena tersusun atas batuan karst) dapat mempengaruhi minat wisatawan yang ingin berkunjung kesana. Selain itu juga promosi yang dilakukan oleh pengelola masih kurang maksimal untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke Museum Karst Indonesia.
Permasalahan lain berdasarkan kuosioer yang dapat menjadi kelemahan dari objek wisata ini yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi serta penyediaan tempat sampah yang kurang memadai sehingga menjadi kelemahan ditinjau dari ketertiban dan kebersihan.
Terkait dengan permasalahan aksesibilitas, maka upaya pemecahan masalah yang dapat ditawarkan yaitu perlu adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait (seperti Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum) untuk perbaikan akses jalan serta pengadaan trayek umum yang menuju ke Museum Karst Indonesia. Terkait masalah area berdagang dan tempat sampah, solusi yang dapat ditawarkan yaitu dengan menyediakan area khusus bagi para pedagang dan pengadaan tempat sampah di tiap-tiap titik lokasi museum yang ramai pengunjung.
3. Opportunities (Peluang): suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan usaha. Kecenderungan-kecenderungan utama adalah salah satu dari peluang identifikasi dari segmen usaha yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing atau peraturan dan perubahan teknologi yang diperbaiki dapat menunjukkan peluang bagi unit usaha.
Objek wisata Museum Karst Indonesia meiliki peluang untuk dikembangkan secara optimal mengingat karst merupakan daerah yang memiiki kondisi geografis unik dengan panorama alam seperti batuan karst serta gua dengan stalaktit dan stalagmit yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu Museum Karst Indonesia juga berpeluang untuk dikembangkan menjadi objek wisata edukatif secara optimal mengingat banyak kawasan karst serta gua-gua yang berpotensi untuk dijadikan objek penelitian.
4        Threats (Ancaman): merupakan rintangan-rintangan utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan dari perusahaan. Masuknya pesaing baru, perumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli dan pemasok utama yang meningkat, perubahan teknologi dan peraturan yang baru atau yang direvisi dapat menjadikan ancaman bagi keberhasilan suatu perusahaan.
Ancaman dari Museum Karst Indonesia yaitu adanya kompetisi dengan obyek wisata lain mengingat Museum Karst Indonesia hanya berupa replika dari kawasan karst. Selain itu, ancaman juga dapat dialami oleh warga di sekitar Museum Karst. Karena mereka hidup di atas tanah karst, ancaman kekeringan / krisis air dapat terjadi. Tercatat terdapat sekitar 109 telaga alam di Wonogiri dengan jumah luas sekitar 117,5 ha. Namun beberapa dari telaga tersebut merupakan telaga musiman, sehingga ketika berada di musim kemarau, telaga-telaga tersebut mengalami kekeringan.




















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Museum Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Museum ini berisi replika-replika batuan karst,  ornamen bentukan replika stalaktit dan stalakmit, panel poster dan koleksi dengan tema Karst Untuk Ilmu Pengetahuan “Karst for Science”, diorama karst, maket-maket kawasan karst, serta kehidupan sosial budaya masa lalu dan masa kini.
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usaha. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Adapun kekuatan dari Museum Karst Indonesia yaitu panorama karst yang indah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, konten-konten yang terdapat dalam museum dapat menambah pengetahuan pengunjung mengenai karst. Kelemahan  dari Museum Karst Indonesia adalah terkait aksesibilitas jalan, usaha promosi, permasalahan ketertiban dan kebrsihan. Solusi yang dapat ditawarkan yaitu koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Peluang dari objek wisata Museum Karst Indonesia adalah berpeluang untuk dikembangkan menjadi objek wisata edukatif secara optimal mengingat banyak kawasan karst serta gua-gua yang berpotensi untuk dijadikan objek penelitian. Sedangkan ancaman dari Museum Karst Indonesia yaitu adanya kompetisi dengan obyek wisata lain mengingat Museum Karst Indonesia hanya berupa replika dari kawasan karst.
B.     Saran








BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2009. Potensi Desa Wisata di Jawa Timur. Surabaya: Balai Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Timur
Anonim2. 2011. Pantai Teleng Ria. wisataindonesia.com  diakses pada 8 Juni 2012
Burkart. 1987. The Management of  Tourism. Jakarta: Penerbit PT. Erlangga
F Rangkuti. 1997. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Haikal. 2007. Geological of Karst. Surabaya : Intan Sari Palapa.
Heidi Dahles. 2001. Tourism, Heritage and National Culture in Java: Dilemmas of A Local Community. London: Curzon Press
H Kodyat. 1983. Pariwisata Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Iwan Nugroho. 2006. Ekowisata. Malang: Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Widyagama
Suratman Worosuprojo. 2010. Karstt Sebagai Asset Daerah Kabuaten Gunung Kidul. Jogjakarta: Fakultas Geografi UGM
William Harris & Judith S. Levey. 1975. The New Columbia Encyclopedia. New York: Columbia University Press
Oka Yoeti. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata (DTW). Jakarta: Pradnya Paramita


Tidak ada komentar: