LAPORAN PRAKTIKUM
KAJIAN EKOLOGI PARIWISATA MUSEUM KARST INDONESIA,
GOA GONG DAN PANTAI TELENG RIA
Makalah ini disusun untuk melengkapi
tugas Praktikum
Mata kuliah Ekologi Pariwisata
![Logo bagus.jpg](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Disusun oleh:
Arif
Ardwiantoro M0409009
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Obyek
wisata merupakan penghasil devisa non-migas yang kini banyak dikembangkan di
berbagai daerah. Obyek wisata yang paling berkembang adalah obyek wisata yang
menonjolkan keindahan alam, seni dan budaya. Obyek wisata ini oleh Pemerintah
telah diakui sebagai penghasil devisa terbesar dari sektor non-migas. Mengingat
keindahan alam menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan, potensi ini menarik
untuk digarap (Pamulardi, 2006).
Di
era otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang luas dalam
mengkreasi dan lebih inovatif dalam kegiatan pembangunan di daerahnya. Seiring
dengan hal tersebut, daerah berusaha untuk mengembangkan potensi sumber daya
daerah untuk kepentingan pembangunan ekonomi di daerahnya. Sumber daya daerah
yang didalamnya termasuk potensi sumber daya pariwisata merupakan salah satu modal
dasar pembangunan daerah, karena itu pemanfaatannya harus direncanakan dan dilaksanakan,
serta dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh generasi sekarang maupun generasi
mendatang dengan memperhatikan sistem pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Anonim1,
2009).
Kabupaten
Wonogiri dan Pacitan merupakan daerah yang memiliki kondisi geografis berupa
daerah berbatu kapur serta terdapat banyak goa dan pantai. Keberadaan berbatu,
goa serta pantai memiliki potensi untuk dikembangkan dari segi wisata.
Kawasan
karst di Wonogiri dan Pacitan memiiki ciri khas banyak memiliki gua-gua
berstalaktit dan stalakmit yang menarik. Keberadaan gua-gua ini menyimpan kisah
perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan.
Selanjutnya cerita ini berkembang di masyarakat dan menjadi sumber sejarah.
Cerita rakyat ini sangat menarik untuk digali sebagai bahan pendidikan dan
penanaman nilai-nilai positif bagi generasi penerus. Sehingga Keberadaan Museum
Karst Indonesia di Pracimantoro serta Goa Gong Pacitan dapat memberikan edukasi
tentang kars di Indonesia. Objek wisata alam lain di Pacitan yaitu Pantai
Teleng Ria yang menyajikan panorama pantai yang indah. Keberadaan dari ketiga
objek wisata ini menarik untuk dikaji dari segi ekologi.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahan yang akan dikaji adalah :
- Bagaimana
kajian ekologi dalam bidang pariwisata pada Museum Karst Indonesia, Goa
Gong, dan Pantai Teleng Ria?
- Permasalahan
apa saja yang terdapat di Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng
Ria yang dapat menjadi hambatan dalam pengembangan sebagai obyek wisata
berbasis ekologi?
- Bagaimana
upaya penanganan permasalahan yang ada sehingga pengembangan Museum Karst
Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai objek ekowisata
berbasis ekologi lebih optimal?
- Bagaimanakah analisis SWOT dari Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria terhadap perkembangan ekopariwisata ?
- Tujuan
- Melakukan
kajian ekologi dalam bidang pariwisata pada Museum Karst Indonesia, Goa
Gong, dan Pantai Teleng Ria.
- Memahami
permasalahan di Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria
yang berhubungan pengelolaan pariwisata.
- Dapat
menemukan upaya penanganan masalah yang ada sehingga pengembangan Museum
Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai objek ekowisata
lebih optimal.
4. Memahami
hasil analisis SWOT Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria
sebagai tempat ekopariwisata.
- Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari praktikum ini adalah:
- Bagi pembaca atau masyarakat
umum: menambah informasi seputar objek wisata Museum Karst Indonesia, Goa
Gong, dan Pantai Teleng Ria sehingga dapat dijadikan tujuan utama berwisata.
- Bagi pihak pengelola atau
pemerintah setempat: dapat mengetahui potensi yang dimiliki Museum Karst
Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria serta memahami permasalahan
yang ada sehingga dapat dilakukan upaya pengembangan secara optimal dan
menyeluruh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
·
Pariwisata
dan Ekowisata
Kodyat
(1983) menyatakan bahwa pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat
ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart (1987)
menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan
dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat mereka biasanya hidup
dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat
tujuan itu. Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu
jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi
sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata
juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata,
penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.
Selain
itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia
sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha
yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu
Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9
Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan bahwa usaha pengembangan
pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan
bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat
dan negara (Yoeti, 2002).
Ekowisata
adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secar profesional, terlatih, dan
memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang mempertimbangkan
warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya
konservasi sumberdaya alam dan lingkungan (Nugroho, 2006). Ekowisata merupakan
suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan
para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan bahwa
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan
melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang
akan dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan mereka partner
dalam upaya pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh
Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan
Asia Pasifik (PATA) (Heidi, 2001).
Ekowisata
merupakan kegiatan wisata yang menarik perhatian besar terhadap kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan sebagai salah satu isu utama dalam kehidupan
manusia, baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Hal ini akan terus
berlangsung, terutama didorong oleh dua aspek, yaitu: (1) ketergantungan
manusia terhadap sumber daya alam dan lingkungannya makin tinggi, (2)
keberpihakan masyarakat kepada lingkungan makin meningkat. Kondisi ini telah
mendorong lahirnya berbagai kebijakan yang mengharuskan berbagai komponen untuk
secara bersama-sama melakukan berbagai perlindungan terhadap sumber daya dan
lingkungan dalam bentuk kerjasama yang integratif.
·
Museum
Karst Indonesia Pracimantoro
Istilah karst
aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk
menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan (Worosuprojo,
2010). Museum Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan
Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km timur Kota Wonosari dan 60 km
barat Pacitan. Kawasan karstt di Wonogiri dinilai memilik keistimewaan
tersendiri, yakni karstnya ada di permukaan dan ada yang di dalam. Sehingga
kawasan Karst ini layak untuk dilengkapi dengan museum. Museum yang dibangun di
Pracimantoro Wonogiri ini menggambarkan khasanah karst dengan keunikan goa-goa
di Pracimantoro. Di dalam bangunan museum ini tersimpan banyak koleksi atau
benda dan informasi yang berhubungan dengan karst.
·
Goa
Gong Pacitan
Merupakan salah
satu goa yang terletak di Kabupaten pacitan, tepatnya tepatnya di Dusun Pule, Desa Bomo,
Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 Km kearah barat Kota Pacitan. Goa ini dikelilingi
oleh sederetan dunung diantaranya Gunung Manyar di sebelah utara, Gunung Gede
di sebelah timur, Gunung Karang Pulut di sebelah selatan serta Gunung Gugrah di
sebelah barat. Gua ini merupakan gua horizontal dengan
panjang sekitar 256 meter. Goa gong memiliki stalaktit dan stalagmit yang
beranekaragam bentuknya. Salah satu penunjang Goa Gong adalah adanya tetesan
air pada langit-langit goa. Dari tetesan air inilah terbentuk stalaktit dan
stalagmit di dalam goa (Harris & Levey, 1975). Selain itu, Goa Gong juga
terdapat batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun.
Menurut beberapa peneliti dan wisatawan mancanegara, gua ini merupakan gua dengan
stalaktit dan stalagmit yang paling indah di Asia Tenggara.
·
Pantai
Teleng Ria Pacitan
Pantai
Teleng Ria terletak berjarak 3,5 km dari pusat kota Pacitan. Pantai meiliki
panjang pasir putih sekitar 3 km. Pantai Teleng Ria Memiliki pasir putih dan
panorama yang indah serta Pantai yang dikelilingi oleh gunung limo. Berbagai
fasilitas pendukung yang disediakan di Pantai Teleng Ria antara lain ada: Watch
Tower, kolam renang, taman bermain, sebuah panggung untuk acara budaya untuk
Bonggo Budoyo dan area berkemah, daerah penangkapan, hotel, dan tempat makan
dengan menu makanan tradisional Pacitan.Pantai Teleng Ria ini juga dijadikankan
untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga pengunjung dapat membeli ikan segar
yang baru di tangkap oleh para nelayan (Anonim2, 2011).
·
Analisis
SWOT
Analisa
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths)
dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana
strategis (strategic planner) harus
menganalisa faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 1997).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
- Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu,
2 Juni 2012. terdapat tiga lokasi pada praktikum ini yaitu: Museum Karst
Indonesia di Pracimantoro, Wonogiri; Goa Gong Pacitan dan Pantai Teleng Ria
Pacitan.
- Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah: alat tulis yang meliputi bolpoin, kertas, papan jalan,
kuosioner serta alat dokumentasi berupa kamera.
- Cara Kerja
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode kuosioner. Responden diberi
lembar kuosioner dan menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan dalam kuosioner.
Pada Museum
Karst Indonesia di Pracimantoro, terdapat 9 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1
responden dari pengelola Museum Karst Indonesia (Ibu Nining), 3 responden dari masyarakat sekitar
lokasi Museum Karst Indonesia (Ibu Ngatiani, Bapak Slamet dan Bapak Ardhianu
Setiawan) serta 5 responden berasal dari pengunjung Museum
Karst Indonesia (Bapak
Ijuk, Ari Winanto, Cellin, Suratno dan Sri Sutati).
Pada
Goa Gong Pacitan,
terdapat 9 responden yang
dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari pengelola Goa Gong
Pacitan (Bapak Suyitno), 3 responden dari masyarakat sekitar
lokasi Goa Gong Pacitan (Ibu Parni, Ibu Satiyem dan Ibu Surasmi) serta 5
responden berasal dari pengunjung Goa
Gong Pacitan (Endang, Sumiyati, Ratna, Harti dan Martinah).
Pada Pantai
Teleng Ria Pacitan, terdapat
8 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari
pengelola Pantai Teleng Ria Pacitan (Bapak
Rimbono), 2 responden dari masyarakat sekitar lokasi Pantai
Teleng Ria Pacitan (Ibu Musyarofah dan Bapak Budi) serta 5 responden
berasal dari pengunjung Pantai Teleng Ria
Pacitan (Ambar, Heni, Agus Susanto, Joko dan Dewi).
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Museum
Karst Indonesia Pracimantoro, Wonogiri
a
Kuosioner
tentang pengelolaan museum
·
Yang menjadi pengelola
utama kawasan objek wisata Museum Karst Indonesia adalah Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten
Wonogiri.
·
Terkait pengelolaan
wisata Museum Karst Indonesia, menurut pihak pengelola setempat pengelolaannya
telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar tiga instasi yaitu dari
Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan
Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·
Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Museum Karst
Indonesia sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karst
Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur
Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di
daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata.
·
Permasalahan lingkungan
yang ditemui di kawasan Museum Karst Indonesia yaitu
terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi. Selain itu juga
penyediaan tempat sampah yang kurang memadai.
b
Kuosioner
untuk masyarakat sekitar museum
·
Mata pencaharian utama
dari masyarakat di sekitar museum yaitu sebagai
penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu
bakar serta petani.
·
Dengan adanya Museum Karst Indonesia,
masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka peluang usaha seperti warung
/ kios, rumah makan serta penginapan.
·
Peran serta masyarakat
sekitar terhadap pengelolaan Museum Karst Indonesia adalah ikut
serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan
museum, khususnya pemuda-pemudi yang
diberdayakan sebagai tenaga office boy, secuirity serta karyawan.
·
Harapan masyarakat
dengan keberadaan Museum Karst Indonesia adalah pengunjung semakin ramai sehingga sumber
penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat
lebih dibedayakan, serta dengan
keberadaan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi pelajar serta
masyarakat umum
·
Pesan untuk pengelola Museum Karst Indonesia atau
Pemerintah Kabupaten Wonogiri terkait pengembangan Museum Karst Indonesia adalah
adanya peningkatan mutu dan pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap
pengembangan museum serta peningkatan sarana dan prasarana.
c. Tabel kuosioner terkait
kepuasan pengunjung
![](file:///C:/Users/Palupi/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Keterangan point
pengamatan:
1.
wahana
wisata yang disedikan 5. tempat
pembelian souvenir dan kuliner
2.
kebersihan area wisata 6. akesibilitas
menuju tempat wisata
3.
area parkir 7. panorama
alam yang ada
4.
fasilitas (musholla,
kamar mandi, dll.)
2.
Goa
Gong Pacitan
a. Kuosioner tentang
pengelolaan goa
·
Yang menjadi pengelola
utama kawasan objek wisata Goa Gong Pacitan adalah Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta
Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·
Terkait pengelolaan
wisata Goa Gong Pacitan, menurut pihak pengelola
setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar
tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·
Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Goa
Gong Pacitan sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karstt
Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur
Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di
daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata.
·
Permasalahan lingkungan
yang ditemui di kawasan Goa Gong Pacitan yaitu terkait
area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi.selain itu juga penyediaan
tempat sampah yang kurang memadai.
b.
Kuosioner
untuk masyarakat sekitar goa
·
Mata pencaharian utama
dari masyarakat di sekitar Goa Gong Pacitan yaitu
sebagai penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari
kayu bakar serta petani.
·
Dengan adanya Goa Gong Pacitan,
masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka
peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta penginapan.
·
Peran serta masyarakat
sekitar terhadap pengelolaan Goa Gong Pacitan adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga
dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai
tenaga office boy, secuirity serta karyawan.
·
Harapan masyarakat
dengan keberadaan Goa Gong Pacitan pengunjung semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan,
serta dengan keberadaan museum ini dapat menjadi
wisata edukasi bagi pelajar serta
masyarakat umum
·
Pesan untuk pengelola Goa
Gong Pacitan atau Pemerintah Kabupaten Pacitan terkait pengembangan Goa
Gong Pacitan adalah adanya peningkatan mutu dan pengiklanan,
adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta peningkatan
sarana dan prasarana.
c.
Tabel
kuosioner terkait kepuasan pengunjung
Keterangan point
pengamatan:
1. wahana wisata yang disedikan 5. tempat pembelian
souvenir dan kuliner
2. kebersihan
area wisata 6. akesibilitas menuju tempat wisata
3. area
parkir 7. panorama
alam yang ada
4. fasilitas
(musholla, kamar mandi, dll.)
3
Pantai
Teleng Ria Pacitan
a
Kuosioner
tentang pengelolaan pantai
·
Yang menjadi pengelola
utama kawasan objek wisata Pantai Teleng Ria adalah Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta
Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·
Terkait pengelolaan
wisata Pantai Teleng Ria, menurut pihak pengelola
setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar
tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
·
Terkait masalah tata ruang, kawasan
wisata Pantai Teleng Ria sangat strategis, hal ini
dibuktikan bahwa kawasan Museum Karstt Indonesia Pracimantoro terletak di
antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun
tata letak ruang museum karst adalah di daerah pegunungan karst yang memiliki
kontur permukaan tanah yang tidak rata.
·
Permasalahan lingkungan
yang ditemui di kawasan Pantai Teleng Ria yaitu terkait
area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi.selain itu juga penyediaan
tempat sampah yang kurang memadai.
b.
Kuosioner
untuk masyarakat sekitar pantai
·
Mata pencaharian utama
dari masyarakat di sekitar pantai yaitu sebagai
penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu
bakar serta petani.
·
Dengan adanya Pantai
Teleng Ria Pacitan, masyarakat sekitar memanfaatkannya
dengan membuka peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta
penginapan.
·
Peran serta masyarakat
sekitar terhadap pengelolaan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga
dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai
tenaga office boy, secuirity serta karyawan.
·
Harapan masyarakat
dengan keberadaan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah pengunjung
semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan,
serta dengan keberadaan museum ini dapat menjadi
wisata edukasi bagi pelajar serta
masyarakat umum
·
Pesan untuk pengelola Pantai
Teleng Ria Pacitan atau Pemerintah Kabupaten Pacitan terkait pengembangan Pantai
Teleng Ria Pacitan adalah adalah adanya peningkatan mutu dan
pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta
peningkatan sarana dan prasarana.
c.
Tabel
kuosioner terkait kepuasan pengunjung
Keterangan point
pengamatan:
1.
wahana
wisata yang disedikan 5. tempat
pembelian souvenir dan kuliner
2.
kebersihan area wisata 6. akesibilitas
menuju tempat wisata
3.
area parkir 7. panorama
alam yang ada
4.
fasilitas (musholla,
kamar mandi, dll.)
B.
Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisis
objek wisata Museum Karst Indonesia, Goa Gong serta Pantai Teleng Ria dengan
analisis SWOT. Metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode kuosioner.
Responden diberi lembar kuosioner dan menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan
dalam kuosioner. Terdapat 3 kategori responden dalam praktikum ini yaitu dari
pihak pengelola, masyarakat sekitar serta pihak pengunjung.
1.
Museum
Karst Indonesia
Museum
Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten
Wonogiri. Museum ini berjarak 30 km dari Kota Wonosari dan 60 km dari Kota Pacitan.
Sejarah
berdirinya Museum Karst Indonesia berawal pada tanggal 6 Desember 2004 di
Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ketika Presiden Republik
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
menetapkan Kawasan Karst Gunung Sewu dan Gembong Selatan sebagai Kawasan Eco Karst.
Selanjutnya pada akhir tahun 2005 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden
Nomor 16 tentang Kebijakan Pembangunan dan Kebudayaan dan Pariwisata, diantaranya
menginstruksikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk
mengembangkan kawasan karst sebagai daya tarik wisata. Berdasarkan hal tersebut
pada tahun 2008 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi
bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten
Wonogiri telah membuat kesepakatan bersama yang pada prinsipnya bersepakat
untuk secara bersama-sama mewujudkan terbangunnya Museum Karst Indonesia.
Pada
tanggal 2 Juli 2008 Museum Karst Indonesia dibangun dan diresmikan pada tanggal
30 Juni 2009 oleh Presiden Republik Indonesia di Sragen bersamaan dengan
peresmian Technopark.Museum Karst Indonesia. Untuk pengembangan museum,
dilakukan kerjasama antar empat instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber
Daya Mineral, Badan Geologi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah
Kabupaten Wonogiri. Bentuk kerjasama dari para stakeholder ini adalah Departemen
Energi Sumber Daya Mineral sebagai pemilik dari Museum Karst Indonesia, pengelolaan
museum dibantu oleh Badan Geologi dari Museum Geologi Bandung. Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah bertanggungjawab dalam penyediaan fasilitas di luar museum
seperti jalan, masjid, pos penjagaan dan selter di belakang Museum. Sedangkan Pemerintah
Kabupaten Wonogiri sebagai penyedia tanah atau lahan.
Museum
Karst Indonesia memiliki 3 lantai utama. Sebelum memasuki Museum Karst
Indonesia, akan dijumpai halaman yang luas di depan gedung Museum Karst
Indonesia, di sebelah kanan gedung terdapat menara pandang, mushola dan ruang
pertemuan. Di sebelah kiri berjajar pedagang dan akses jalan menuju goa-goa
disekitar Museum Karst. Pada lobi museum terdapat poster yang menggambarkan
filososfi dari Hasta Brata yang berupa 8 wejangan yang harus dilaksanakan oleh
seseorang yang hidup di dunia agar memperoleh kesempurnaan budi. Hal ini
merupakan filosofi yang berkembang di Masyarakat Jawa khususnya muatan lokal
dari Kabupaten Wonogiri. Setelah melewati lobi, akan dijumpai denah isi museum
pada kiri-kanan tangga serta ornamen bentukan replika stalaktit dan stalakmit.
Pada
lantai 1 divisualisasikan panel poster dan koleksi dengan tema Karst Untuk Ilmu
Pengetahuan “Karst for Science” yang
didahului dengan panel poster mengenai kronologi pembangunan Museum Karst. Pada
lantai dasar ditampilkan kondisi sosial budaya di kawasan karst dengan tema Karst
Untuk Kehidupan ”Karst for Life“, disini
akan dapat dilihat diorama karst, maket-maket kawasan karst, serta kehidupan
sosial budaya masa lalu dan masa kini. Pada lantai atas merupakan ruangan serba
guna dan dapat digunakan sebagai ruang rapat, presentasi dan pemuataran film yang
dilengkapi dengan tata suara, proyektor dan layar.
Kawasan
karst adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air di
permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah. Permukaan tanah
biasanya selalu gundul karena kurangnya kehidupan tumbuh-tumbuhan atau tanaman
(vegetasi). Air yang merembes ke dalam rongga-rongga tanah membentuk stalaktit
dan stalakmit di dalam lorong-lorong gua. Bahkan tak sedikit air mengalir menuju
ke dalam gua dan membentuk aliran sungai bawah tanah. Batuan kapur berasal dari
sisa-sisa rumah binatang kerang yang hidup di laut. Pada jutaan tahun yang
lampau, daratan yang berbatu kapur telah mengalami pengangkatan dari dasar
laut. Pada zaman es tersebut bentuk permukaan bumi mengalami perubahan. Hal ini
disebabkan oleh tenaga endogen (dari dalam bumi) dan tenaga eksogen (dari luar
bumi). Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada zaman Neosen, sekitar 20 juta
tahun yang lampau. Ketika air hujan melarutkan karbon dioksida dari udara maka
akan terbentuk asam karbonat yang menyerang batu kapur. Asam itu mengukir
permukaan membentuk selokan dan membentuk rongga di mana arus mengalir melalui
batu kapur di bawah tanah. Proses itu memerlukan waktu ribuan tahun. Air yang
merembes melalui batu kapur mengandung kalsium karbonat yang terlarut di
dalamnya. Pada saat air menetes dari atap suatu rongga, kalsium karbonat
mengendap dan membentuk batuan stalaktit yang tergantung menyerupai es di atas
atap dan stalakmit yang berdiri seperti puncak menara kecil di bawahnya
(Haikal,2007).
Untuk
menganalisa data-data yang diperoleh dari Museum Karst Indonesia, Goa Gong serta Pantai Teleng Ria dapat digunakan
analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisa data ini yaitu
menjelaskan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman dari objek wisata
yang bersangkutan.
1.
Strength
(Kekuatan): Kekuatan adalah sumber daya,
ketrampilan atau keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan
yang hendak dilayani. Kekuatan merupakan suatu kompetensi yang berbeda (destintive competence) yang memberi
perusahaan suatu keunggulan komparatif (comparative
advantage). Kekuatan berkaitan dengan sumber daya, aksesibilitas,
fasilitas, dan faktor-faktor lain.
Museum
Karst Indonesia meiliki kekuatan ditinjau dari beberapa faktor yaitu:
·
Dari faktor alam,
keunggulan yang dimiliki yaitu dari panorama karst yang indah. Kawasan karst juga
memiliki banyak gua yang mewakili jenis-jenis gua di dunia, dimana museum karst
dikelilingi oleh setidaknya 7 gua, diantaranya: Gua Merico, Gua Sonyo Ruri, Gua
Bunder, Gua Gilap, Gua Sodong, dan Gua Tembus.
·
Dari segi edukasi, museum
ini menyimpan kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga
zaman kerajaan sehingga dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli
memberikan hasil yang kaya. Disebut kaya karena hasil penelitian tersebut bukan
hanya mengenai ilmu Geologi atau lingkungan saja, namun juga memberikan hasil
penelitian mengenai sejarah masa lalu yang terjadi di kawasan tersebut yang
menyangkut peradaban masyarakat indonesia khususnya jawa. Adanya Museum Karst
Indonesia serta kawasan karst disekitarnya juga memungkinkan dilakukan
riset-riset terkait karst yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
·
Dari faktor geografis,
objek wisata Museum Karst Indonesia terbilang cukup strategis karena berada
diantara jalur Yogyakarta, Jawa Tengah (Wonogiri) maupun Jawa Timur (Pacitan).
·
Dari segi fasilitas,
sarana dan prasarana yang berada di Museum Karst Indonesia tebilang lengkap. Hal
ini dapat dilihat dengan adanya menara pandang, panel poster, replika-replika
karst, mushola, ruang pertemuan, ruang rapat dan presentasi, ruang pemuataran
film yang dilengkapi dengan tata suara, proyektor dan layar, dan lain-lain
2. Weakness (Kelemahan): Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan
dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi
kinerja efektif suatu usaha.
Adapun
kelemahan dari Museum Karst Indonesia yaitu dari segi aksesibitas. Akses untuk
menuju Museum Karst Indonesia terbilang sangat sulit. Hal ini dikarenakan tidak
ada transportasi umum yang menuju ke lokasi museum, sehingga pengunjung yang ingin
menuju museum harus menggunakan kendaraan pribadi atau travel. Aksesibitas ini
terkait dengan kondisi jalan. Kondisi jalan menuju museum yang dapat dikatakan
buruk (dengan kontur jalan yang tidak rata karena tersusun atas batuan karst) dapat
mempengaruhi minat wisatawan yang ingin berkunjung kesana. Selain itu juga
promosi yang dilakukan oleh pengelola masih kurang maksimal untuk meningkatkan
jumlah pengunjung ke Museum Karst Indonesia.
Permasalahan
lain berdasarkan kuosioer yang dapat menjadi kelemahan dari objek wisata ini
yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi serta
penyediaan tempat sampah yang kurang memadai sehingga menjadi kelemahan
ditinjau dari ketertiban dan kebersihan.
Terkait
dengan permasalahan aksesibilitas, maka upaya pemecahan masalah yang dapat
ditawarkan yaitu perlu adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait (seperti
Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum) untuk perbaikan akses jalan serta
pengadaan trayek umum yang menuju ke Museum Karst Indonesia. Terkait masalah
area berdagang dan tempat sampah, solusi yang dapat ditawarkan yaitu dengan
menyediakan area khusus bagi para pedagang dan pengadaan tempat sampah di
tiap-tiap titik lokasi museum yang ramai pengunjung.
3. Opportunities (Peluang):
suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan
usaha. Kecenderungan-kecenderungan utama adalah salah satu dari peluang
identifikasi dari segmen usaha yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan
dalam keadaan bersaing atau peraturan dan perubahan teknologi yang diperbaiki
dapat menunjukkan peluang bagi unit usaha.
Objek
wisata Museum Karst Indonesia meiliki peluang untuk dikembangkan secara optimal
mengingat karst merupakan daerah yang memiiki kondisi geografis unik dengan
panorama alam seperti batuan karst serta gua dengan stalaktit dan stalagmit
yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu Museum Karst Indonesia juga
berpeluang untuk dikembangkan menjadi objek wisata edukatif secara optimal
mengingat banyak kawasan karst serta gua-gua yang berpotensi untuk dijadikan
objek penelitian.
4
Threats
(Ancaman): merupakan rintangan-rintangan utama bagi
posisi sekarang atau yang diinginkan dari perusahaan. Masuknya pesaing baru,
perumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli dan pemasok utama yang
meningkat, perubahan teknologi dan peraturan yang baru atau yang direvisi dapat
menjadikan ancaman bagi keberhasilan suatu perusahaan.
Ancaman
dari Museum Karst Indonesia yaitu
adanya kompetisi dengan obyek wisata lain mengingat Museum Karst
Indonesia hanya berupa replika dari kawasan karst. Selain itu, ancaman juga
dapat dialami oleh warga di sekitar Museum Karst. Karena mereka hidup di atas
tanah karst, ancaman kekeringan / krisis air dapat terjadi. Tercatat terdapat sekitar 109 telaga alam di Wonogiri
dengan jumah luas sekitar 117,5 ha. Namun beberapa dari telaga tersebut
merupakan telaga musiman, sehingga ketika berada di musim kemarau,
telaga-telaga tersebut mengalami kekeringan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Museum
Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten
Wonogiri. Museum ini berisi replika-replika batuan karst, ornamen bentukan replika stalaktit dan
stalakmit, panel poster dan koleksi dengan tema Karst Untuk Ilmu Pengetahuan “Karst for Science”, diorama karst, maket-maket
kawasan karst, serta kehidupan sosial budaya masa lalu dan masa kini.
Analisa SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usaha. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses)
dan ancaman (Threats).
Adapun kekuatan dari Museum
Karst Indonesia yaitu panorama karst yang indah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan, konten-konten yang terdapat dalam museum dapat menambah pengetahuan
pengunjung mengenai karst. Kelemahan
dari Museum Karst Indonesia adalah terkait aksesibilitas jalan,
usaha promosi, permasalahan ketertiban dan kebrsihan. Solusi yang dapat
ditawarkan yaitu koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Peluang dari objek wisata Museum Karst Indonesia adalah berpeluang untuk
dikembangkan menjadi objek wisata edukatif secara optimal mengingat banyak
kawasan karst serta gua-gua yang berpotensi untuk dijadikan objek penelitian. Sedangkan ancaman dari Museum
Karst Indonesia yaitu adanya
kompetisi dengan obyek wisata lain mengingat Museum Karst
Indonesia hanya berupa replika dari kawasan karst.
B.
Saran
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1,
2009. Potensi Desa Wisata di Jawa Timur. Surabaya:
Balai Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Timur
Anonim2.
2011. Pantai Teleng Ria. wisataindonesia.com diakses
pada 8 Juni 2012
Burkart.
1987. The
Management of Tourism.
Jakarta: Penerbit PT. Erlangga
F
Rangkuti. 1997. Analisis SWOT Teknik
membedah Kasus Bisnis. Jakarta
: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Haikal. 2007. Geological
of Karst. Surabaya
: Intan Sari Palapa.
Heidi
Dahles. 2001. Tourism, Heritage and
National Culture in Java: Dilemmas of A Local Community. London: Curzon
Press
H
Kodyat. 1983. Pariwisata Indonesia.
Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Iwan Nugroho. 2006. Ekowisata.
Malang: Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Widyagama
Suratman
Worosuprojo. 2010. Karstt Sebagai Asset
Daerah Kabuaten Gunung Kidul. Jogjakarta: Fakultas Geografi UGM
William
Harris & Judith S. Levey. 1975. The
New Columbia Encyclopedia. New York: Columbia University Press
Oka
Yoeti. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata (DTW). Jakarta: Pradnya Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar