Kamis, 01 November 2012

Laporan Praktikum Genetika Molekuler-PCR

Terimakasih Atas Kunjungan di Blog Saya. Silahkan Copy Paste dan Jangan Lupa di Kasih Kritik dan Saran.


Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pendahuluan
PCR   adalah  suatu  reaksi  invitro  untuk  menggandakan  jumlah molekul DNA  pada  target  tertentu  dengan  cara  mensintesis  molekul DNA baru  yang berkomplemen  dengan  molekul  DNA  target  dengan  bantuan enzim  dan oligonukleotida  sebagai  primer. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif. Pada proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan yang mengandung DNA-target untuk pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Dua primer  oligonukleotida  pendek  digunakan  untuk  mengapit  daerah  DNA  yang akan  direplikasi. PCR merupakan suatu teknik perbanyakan molekul DNA dengan ukuran tertentu secara enzimatik melalui mekanisme perubahan suhu (Muladno 2002).
PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga tahap berurutan, yaitu pemisahan (denaturasi) rantai DNA cetakan, penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA target dan pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis oleh DNA polimerase. PCR adalah  suatu  metode  yang  menggunakan  komponen‐komponen  replikasi DNA untuk  mereplikasi  suatu  fragmen  DNA  yang  spesifik  di  dalam  tabung reaksi. Beberapa  komponen  yang  penting  yang  dalam  reaksi  PCR  adalah DNA target, primer,  enzim  Taq polymerase,  deoksinukleoside  triphosphat (dNTP) dan larutan penyangga  (buffer).  Molekul  DNA  yang  targetnya  akan dilipatgandakan  jumlahnya dapat  berupa  untai  tunggal  atau  untai  ganda. Jumlah  yang  digunakan  dalam proses PCR  tidak  terlalu  berpengaruh  terhadap kualitas  hasil  PCR,  tetapi  jumlah  dalam ukuran  pikogram  sudah  cukup (Barnum 2005).

Tujuan
Mengetahui cara perbanyakan DNA dengan PCR.

Metode
Diambil 1 koloni bakteri hasil transformasi dalampetrydisk kemudian dimasukkan ke dalam tabung effendorf yangberisi 6µl ddH2O,  setelah itu dipanaskan pada suhu 95ºC selama 10 menit. Sampel kemudian diinkubasi dalam es selama 2-5 menit, kemudian dilakukan PCR koloni. Sebanyak 5µl  komposisi PCR koloni yang telah dimix  dengan 0,3 µl primer L1 dan 0,3µl primer L2, langkah selanjutnya adalah memasukkan dalam mesin PCR, selama dalam mesin PCR dilakukan pradenaturasi pada suhu 95ºC selama 5 menit, berlanjut terjadinya denaturasi selama 5 menit, proses annealingpada suhu 52ºC selama 30 menit, kemudian extension 72ºC selama 2 menit dan proses akhir selama 10 menit.


Hasil pengamatan

Pembahasan
PCR adalah singkatan dari Polymerase Chain Reaction. Teknik ini merupakan teknik perbanyakan DNA secara in vitro. Dalam sistem kerjanya, PCR dilandasi oleh struktur DNA. Dalam keadaan nativenya, DNA merupakan double helix, yang terdiri dari dua buah pita yang berpasangan antiparalel antara satu dengan yang lain dan berikatan dengan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen terbentuk antara basa-basa yang komplementer, yaitu antara basa Adenin (A) dengan Thymine (T), dan Guanine (G) dengan Cytosin (C) (Muladno 2002).
PCR memiliki beberapa komponen, diantaranya yaitu enzim Taq polymerase, primer, dNTP dan buffer. EnzimTaq polymerase memiliki keaktifan dalam suhu tinggi, oleh karena itu penambahan enzim tidak perlu dilakukan dalam setiap siklus dan proses PCR dapat dilakukan dalam satu mesin. Pemakaian Taq polymerase dalam konsentrasi yang terlalu besar akan mengakibatkan munculnya background produk non-spesifik. Sebaliknya, bila konsentrasi Taq polymerase terlalu rendah, maka proses amplifikasi berlangsung secara inefisien, dan produk amplifikasi yang diperoleh akan mempunyai konsentrasi yang relatif rendah. Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida pendek yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau polimerisasi DNA. Fungsi dari primer yaitu menghindari adanya polipurin atau polipirimidin dan menghindari adanya struktur sekunder. Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan DNA template, jadi dirancang agar menempel dan mengapit daerah tertentu yang diinginkan. Selain enzim dan primer, terdapat juga komponen lain yang ikut menentukan keberhasilan reaksi PCR. dNTP sebagai penyusun DNA yang baru yang terdiri atas 4 macam, yaitu dATP, dCTP, dGTP dan dTTP. Buffer untuk mengkondisikan reaksi agar PCR berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase (Innis et al. 1990).
            Terdapat beberapa tahapan dalam PCR yaitu pradenaturasi, denaturasi, annealing dan extension. Pradenaturasi dilakukan diawal reaksi untuk memastikan kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase. Selama proses denaturasi double strandedDNA akan membuka menjadi single stranded DNA. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang komplemen. Pada tahap ini, seluruh reaksi enzim tidak berjalan. Pada proses annealing primer akan menuju daerah yang spesifik, dimana daerah tersebut memiliki komplemen dengan primernya dan ikatan hidrogen akan terbentuk dan suhu. Selanjutnya, DNA polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali apabila dilakukan reaksi polimerisasi selanjutnya. Sedangkan pada proses extension primer yang telah menempel akan mengalami perpanjangan dengan dNTP yang komplemen pada sisi 3’. Seandainya ada 1 copy gene sebelum siklus berlangsung, setelah satu siklus, akan menjadi 2 copy, sesudah 2 siklus akan menjadi 4 dan seterusnya. Perubahan ini akan berlangsung secara eksponensial (Gaffar 2007).
            Berdasarkan hasil PCR, sebagian besar kelompok termasuk kelompok kami berhasil melakukan teknik PCR koloni karena terdapat pendaran. Sedangkan hanya beberapa kelompok yang tidak berhasil. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan PCR koloni yaitu teknik aseptik yang digunakan baik sehingga pendaran dapat muncul yang menandakan PCR koloni berhasil.

Simpulan
PCR merupakan teknik perbanyakan DNA secara in vitro. Terdapat beberapa komponen dalam PCR diantaranya enzim Taq polymerase, primer, dNTP dan larutan penyangga (buffer). Sedangkan beberapa tahap dalam PCR yaitu pradenaturasi, denaturasi, annealing dan extension. Kelompok kami berhasil melakukan teknik PCR koloni karena terdapat pendaran.

Daftar pustaka
Barnum,  Susan  R.  2005.  Biotechnology  an  Introduction,  2nd  edition.  USA: Thomson Brooks.
Gaffar S. 2007. Penggunaan PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk deteksi retrovirus HTLV (Human T-cell Lymphotropic Virus) [tesis]. Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.
Innis MA, Gelfand DH, Sninsky JJ, White JT. 1990. PCR Protocols, A guide to Metods and Applications. Sanm Diego: Academic Press Inc.
Muladno.  2002.  Seputar  Teknologi  Rekayasa  Genetika.  Bogor: Pustaka  Wirausaha  Muda.

Tidak ada komentar: